Perempuan Beranaktirikan Anak Indigo (1)
Punya Teman Bermain kayak Londo
Mentik (samaran) tertawa manis saat bermain sendirian di halaman rumahnya di kawasan Benowo. Hal itu terjadi tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. “Saya perhatikan, sepertinya dia berbicara dengan seseorang. Tapi tidak ada siapa-siapa. Awalnya saya ragu untuk tanya. Tapi lama-lama penasaran,” kata wanita yang baru dua pekan menjadi ibu tiri Mentik, sebut saja Indah. Setelah terjadi beberapa kali, Indah pelan-pelan mendekati balita itu, yang saat itu duduk di bawah pohon mangga depan rumah. Ternyata Mentik mengaku bicara dengan teman. Namanya sebut saja Nawang, “Anaknya cantik. Kayak Londo. Suka bawa bunga melati dan memakannya.” “Memakannya?” tanya Indah. Setelah mengunyah melati tadi, Nawang meniupkan napas ke hidung Mentik. Saat itulah mereka tertawa-tawa bersama. Cerita di atas disampaikan Indah kepada pengacaranya, sebut saja Win, yang berkantor di seputar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, beberapa waktu lalu. “Dia minta tolong untuk menggugat cerai suaminya (Budi, red),” kata Win saat ditemui. “Kenapa?” tanya Memorandum. “Bu Indah takut melahirkan anak-anak seperti Mentik. Sebab, informasi yang dia dengar setelah mengetahui keadaan Mentik, bukan hanya anak itu yang berperilaku demikian, melainkan juga anak Budi dari istri sebelumnya. “Bu Indah adalah istri ketiga Pak Budi,” kata Win. Menurut Indah, dia takut memiliki anak seperti Mentik, yang menurut beberapa orang disebut sebagai indigo. “Saya takut,” katanya kepada Win. Ada peristiwa yang membekas di hati Indah. Suatu sore dia menemukan Mentik kembali omong-omong dengan temannya, Nawang. Setelah itu Mentik bergegas menemui ayahnya, Budi. Mentik mengatakan bahwa teman Londo-nya melarang Budi bepergian malam itu. “Bahaya,” kata Mentik menirukan peringatan Nawang. “Jangan pergi ya Pa,” tegas Mentik. Budi mengiyakan, tapi beberapa waktu kemudian dia ditelepon bosnya, diajak meng-entertain tamu dari Jakarta untuk karaokean. Tentu saja Budi tidak mungkin menolak ajakan tersebut tanpa alasan jelas. Sekitar pukul 18.30 Budi menjemput atasannya di Jalan Tandes, terus cabut ke arah kota. Agar cepat sampai, sopir tancap gas setelah memasuki pintu tol di Tandes-Bunder. Peristiwa tidak terduga terjadi menjelang exit tol Satelit. Roda depan kiri pecah. Suara sangat keras terdengar berbarengan mobil melaju tak terkendali. Menabrak pagar pembatas dan terlempar balik dan disantap truk dari arah belakang. Mobil bahkan sempat terguling. Tapi ajaib. Tidak ada yang terluka parah, kecuali Budi. Bosnya dan sopir hanya lecet dan memar di bagian tumit. Sementara Budi tulang kakinya patah karena terjepit kursi. “Padahal kondisi mobil lumayan parah. Moncongnya hancur, demikian pula bagian belakang kanan. Aneh. Bos yang duduk di samping sopir bahkan terlempar ke deretan kursi belakang kendaraan MVP itu. (jos, bersambung)Sumber: