Pemkot Pasuruan Pastikan Stok Daging Sapi Aman

Pemkot Pasuruan Pastikan Stok Daging Sapi Aman

Pasuruan, memorandum.co.id - Pemerintah Kota Pasuruan memastikan tidak ada kelangkaan pasokan daging sapi di pasaran. Memang sempat terjadi perdebatan harga daging sapi, yang membuat perkumpulan blantik sapi menghentikan pasokan sapi, namun saat ini semua sudah normal kembali. "Daging tidak pernah langka, memang sempat ada masalah tapi suplai daging di Pasuruan tetap aman,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, Yanuar Afriansyah di sela-sela memantau stok daging sapi di Pasar Besar, Sabtu (22/1). Pada hari Selasa (18/1) kemarin, blantik sapi atau para pemasok sapi memang sempat mogok mengirimkan sapi ke jagal atau pemotong sapi di Kota Pasuruan. Mogoknya para blantik didasari murahnya harga daging sapi di Kota Pasuruan, "Jadi harga daging di Kota Pasuruan ini paling murah, karena Rp110 ribu perkilo untuk daging super, padahal di daerah lain Rp120 ribu," ungkapnya. Blantik minta jagal sapi bisa menaikkan harga. Namun, permintaan ini ditolak sehingga para blantik yang berasal dari luar kota mogok memasok sapi ke Kota Pasuruan. Terkait hal ini, Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) juga telah memerintahkan Disperindag membentuk tim untuk turun ke lapangan. "Pak Wali langsung perintahkan kami memfasilitasi dan Alhamdulillah saat ini sudah ada kesepakatan bersama antara blantik dan jagal. Jadi hari ini sudah aman," ujar Yanuar. Baik blantik atau jagal saat ini sudah sepakat untuk menaikkan harga Rp10 ribu per kilogram daging. Dengan kenaikan ini maka harga daging sapi di Kota Pasuruan saat ini sama dengan di daerah lainnya yang memang sudah terlebih dulu naik. Sementara itu terkait pasokan bahan pangan lainnya, Yanuar memastikan masih aman. Gus Ipul, kata Yanuar juga telah minta Disperindag turun mencari solusi terkait harga minyak goreng. "Untuk minyak goreng, harga Rp14 ribu per liter di minimarket kita batasi maksimal perorang hanya bisa beli dua liter perhari," jelasnya. Pembatasan dilakukan karena para pedagang kelontong dan pedagang di pasar saat ini masih menjual minyak goreng dengan harga lama karena kulakan mereka juga stok lama yang harganya belum mendapatkan subsidi dari pemerintah. (rul)

Sumber: