Dukung Mobilitas Difabel Mandiri, Ketua Fordiva Minta Pemkot Surabaya Benahi Pedestrian

Dukung Mobilitas Difabel Mandiri, Ketua Fordiva Minta Pemkot Surabaya Benahi Pedestrian

Surabaya, memorandum.co.id - Akses pedestrian di Kota Surabaya masih tak ramah bagi penyandang disabilitas. Banyak bollard yang menjadi penghalang motor justru turut menghalangi warga difabel untuk melintas. Seperti misalnya di dekat pintu masuk Museum Suroboyo dan Alun-Alun Suroboyo. Selain itu juga di trotoar Jalan Tunjungan dan Jalan Embong Malang. Tak hanya bollard yang menutup ruang untuk difabel, namun ada pula sudut trotoar yang dijadikan parkiran motor, warung makan, hingga dipenuhi oleh tiang listrik, dan papan reklame. Sehingga memaksa warga difabel turun ke jalan untuk melintas. Ketua Forum Relawan Difabel Indonesia (Fordiva) Jatim Megawati menyayangkan masih ada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh kaum difabel saat menyusuri jalur pedestrian di Surabaya. Untuk itu, dia mendorong pemkot memberikan akses yang lebih baik kepada difabel agar bisa lebih mandiri. “Kota Surabaya masih dibutuhkan perbaikan dan improvement yang bertujuan untuk memberikan akses yang lebih baik kepada difabel. Sesuai dengan tema Hari Disabilitas Internasional 2021 tentang aksesbilitas dan inklusifitas, pedestrian di Surabaya harus mendukung mobilitas bagi difabel untuk dapat bergerak secara mandiri,” tegasnya, Minggu (2/1/2022). Untuk menciptakan trotoar yang dapat diakses difabel secara mandiri, menurutnya pemkot perlu melakukan feasibility study dengan mengusung konsep walkability. Di antaranya pedestrian harus memenuhi kriteria aksesbilitas, estetika, keselamatan dan keamanan, serta aspek kenyamanan. “Meskipun secara penataan telah memenuhi kriteria, fasilitas yang ada belum digunakan dan dimanfaatkan dengan baik oleh pejalan kaki, sehingga muncul beberapa dampak negatif yang justru menimbulkan ketidaknyamanan. Misalnya masalah sampah dan penguasaan ruang pejalan kaki untuk aktivitas lainnya yang justru tidak sesuai dengan fungsi pedestrian,” terangnya. “Oleh karena itu, pedestrian di pusat kota harap dilakukan pembenahan agar ramah bagi pejalan kaki dan teras budaya dengan mengusung konsep walkability, apalagi Kota Surabaya terkenal dengan jargon mlaku-mlaku nang Tunjungan,” imbuh Ketua Pro Rakyat Bersatu Indonesia Jaya (PRBIJ) ini. (mg3/fer)

Sumber: