Dapat Ganti Rugi, Warga Malah Bingung Cari Rumah

Dapat Ganti Rugi, Warga Malah Bingung Cari Rumah

SURABAYA -  Sudah hampir seminggu ini Rukmi tidak bisa makan. Sebab, dia kepikiran mau pindah kemana kalau nanti rumahnya di Pulo Wonokromo Gang Sungai dibongkar terkena proyek pembangunan jembatan Joyoboyo yang baru. "Saya bingung mau pindah ke mana. Lha wong dari lahir hingga tua seperti ini, saya ya di sini,” tegas Rukmi yang sedang ngobrol dengan Mardiyah, tetangganya, Rabu (25/9). Rukmi mengatakan, dirinya bersama tetangga yang lain sudah diundang tiga kali oleh Pemkot Surabaya terkait  pembebasan lahan miliknya yang terkena proyek jembatan.Namun, hingga kini dirinya belum tahu berapa besar ganti rugi yang akan diterima. "Kalau rumah saya ini ukurannya 6 x 12 meter dengan status petok D.  Soal ganti rugi belum tahu berapa nilainya karena belum ditentukan. Kalau diukur sudah,” jelas dia. Karena belum tahu berapa besar ganti rugi yang akan diterima, Rukmi   bingung mau pindah kemana. Dia mengaku sudah mencari rumah di Ketintang, Karangrejo, dan sekitarnya.Ternyata harga rumah di sana mahal, harganya Rp 700 juta. Padahal kondisinya biasa saja. Inilah yang membuat dirinya bingung mau pindah kemana. Takutnya, uang yang diterima nanti tidak cukup untuk membeli rumah di kawasan Wonokromo. “Ada yang menawari di Menganti, tapi kan jauh,” ucap dia. Dia menambahkan, dirinya termasuk gelombang  kedua yang terkena pembebasan lahan.Untuk gelombang pertama sudah ditetapkan ganti rugi dan tinggal pencairan lewat bank."Informasinya ada yang dapat Rp 400 juta hingga Rp 1,4 miliar. Tergantung luas dan rumahnya,”ujar dia. Sementara Mardiyah mengaku rumahnya yang disulap menjadi warung ini juga kena pembebasan lahan. Namun, dia tidak bingung pindah kemana karena memiliki rumah  yang tak jauh dari rumah pertama.“Saya tidak tahu dapat berapa nanti ganti ruginya,” ungkap dia. Selain rumah warga, ada deretan toko perlengkapan TNI dan seragam sekolah di Jalan Pulo Wonokromo yang juga kena gusur. Murni, pemilik Toko Murni mengaku, tokonya terkena pembebasan lahan. Karena untuk kepentingan negara, dia tidak menolak. “Saya tidak tahu berapa besaran ganti ruginya. Yang pasti jika nanti toko dibongkar, ya jualan di rumah.Sebab,toko ini tembus ke rumah,”ujar dia. Camat Wonokromo Tomi Ardyanto mengatakan,  khusus bagi yang sudah keluar penetapan appraisal ada 28 persil. Untuk persil lainnya memang ada, tapi belum keluar penetapannya. Dia menambahkan untuk harga yang ditetapkan tim appraisal itu berbeda-beda karena disesuaikan dengan status tanah. Ada yang sertifikat hak milik (SHM) dan ada juga yang eigendom.“Hitungan gantinya rugi tidak sebatas pada luasan tanah dan rumah. Namun, juga dilihat apakah rumah itu ada toko atau tidak, dan ini mempengaruhi ganti rugi,”ungkap dia. Tomi menegaskan,untuk 28 persil memang belum cair. Karena mereka lagi mengumpulkan persyaratan bukti-bukti kepemilikan tanah. Kelurahan, kecamatan, dan PU juga mengumpulkan dan membantu warga untuk melengkapi persyaratan kepemilikan  persil. Terkait berapa harga pasaran tanah di sana, Tomi mengatakan tidak tahu. Jika ada warga mengklaim sekitar Rp 6 juta per meter, bisa jadi mengacu pada harga pembebasan lahan frontage road (FR) Wonokromo. Terkait kondisi warga kebingungan mau pindah kemana?Tomi mengatakan, mereka dipersilakan mencari sendiri bakal rumah yang akan ditinggali. Sebab, mereka akan mendapatkan ganti rugi cukup banyak. Untuk diketahui Pemkot Surabaya bakal membangun lagi jembatan di dekat jembatan Joyoboyo yang lama. Jembatan yang menghubungkan FR Wonokromo dengan Jalan Gunungsari ini akan dikerjakan Oktober tahun ini hingga 2020 dengan menelan APBD mencapai Rp 40 miliar. (udi/be)

Sumber: