Dumbo Mati Terkena Virus, Dewan Minta KBS Lebih Terbuka Soal Kematian Satwa

Dumbo Mati Terkena Virus, Dewan Minta KBS Lebih Terbuka Soal Kematian Satwa

Surabaya, memorandum.co.id - Penyebab kematian satwa gajah Kebun Binatang Surabaya (KBS), Dumbo akhirnya diketahui. Anak gajah berusia 2,5 tahun itu mati karena terinfeksi virus elephant endotheliotropic herpes virus (EEHV). Hal itu terjelaskan setelah legislatif menyeret direksi PD Taman Satwa KBS ke meja rapat Komisi B DPRD Surabaya, Senin (27/12/2021). Legislatif heran, kematian Dumbo, gajah kesayangan mantan Wali Kota Tri Rismaharini itu seakan ditutupi dan tak segera diumumkan ke publik. Sehingga ke depan, dewan meminta pengelola KBS agar lebih terbuka. Kematian satwa apapun, terlebih satwa ikonik, wajib disampaikan ke publik. “Prinsip kami menggelar hearing ini untuk mengetahui penyebab pasti kematian Dumbo. Sehingga kami meminta transparansi, apabila ada satwa yang mati sebaiknya segera disampaikan ke publik, itu yang utama, perkara hasil lab dan teknis lainnya itu menyusul, supaya tidak ada kesan KBS itu tertutup atau indikasi-indikasi lain,” tegas Anas Karno, wakil ketua Komisi B DPRD Surabaya. Politisi PDI Perjuangan ini juga menilai direksi KBS kurang baik. Pasalnya selain Dumbo, juga ada satwa orangutan yang mati, namun tak diinformasikan ke masyarakat. “Sehingga jelas, direksi terlambat dan terkesan menutup-nutupi kematian satwa di KBS. Artinya ada hal yang tidak baik dari pimpinan dan pengelola KBS, punishment yang berhak memberikan wali kota,” tandasnya. Sementara itu, Khoirul Anwar, Direktur Utama PD Taman Satwa KBS menjelaskan, dia baru dilapori soal kematian Dumbo sehari setelahnya. Saat itu, anak buahnya disebut panik. Kendati demikian, pihaknya setelahnya langsung berkoordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim untuk ditindaklanjuti. “Namanya orang panik wajar. Tetapi saat itu kita langsung membuat laporan ke BKSDA,” katanya. Disinggung mengenai laporan yang terlambat diberikan, pihaknya membantah. Dia juga menegaskan sama sekali tak ada niat menutupi kematian Dumbo. “Enggak ada yang telat dan tidak ada yang tutupi. Semua sudah kita laporkan secara baik dan berimbang,” timpal Khoirul. Selain itu, lanjut Khoirul, soal makanan juga dirasa sudah sehat bahkan kandang dinilainya bagus dan bersih, hal itu dikuatkan dari hasil lab. “Buktinya hasil dari lab kan sudah jelas penyebabnya adalah virus, jadi tidak ada hal-hal yang sifatnya keteledoran,” terang Chairul Anwar. “Saya kira ini musibah, selanjutnya akan kita perbaiki agar KBS menjadi lebih baik,” sambung pimpinan KBS dua periode ini. Sedangkan Kabid KSDA Wilayah II BKSDA Jatim Wiwied Widodo membenarkan Dumbo mati terserang virus EEHV. “Hasil lab sudah keluar, kematian gajah Dumbo di KBS hasilnya positif EEHV, penyakit sejenis herpes yang menyerang gajah,” ungkap Wiwied. Menurut telaahnya, virus tersebut mematikan dan sangat rentan menular terhadap gajah berusia bayi sampai kurang lebih 10 tahun. Sehingga salah satu upaya yang harus dilakukan isolasi dalam kurun waktu satu tahun. Memisahkan segera gajah-gajah yang terindikasi satu kandang. “Termasuk keeper-nya (penjaga hewan, red) juga harus diawasi supaya tidak ada potensi penularan lebih lanjut,” terang Wiwied. Dia juga menerangkan, ada SOP terkait penanganan terhadap satwa yang sakit. Dilihat dari tingkat keparahan yang diderita. Namun hal pertama yang harus dilakukan yakni, keeper segera melaporkan apabila ada gejala, karena paling mengetahui perilaku dari satwa secara langsung. “Dia (keeper, red) harus melaporkan kepada dokter hewan atau kepada manajemen,” kata Wiwied. Setelah dari manajemen, kemudian diteruskan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebab apabila satwa tersebut termasuk dalam kategori satwa yang dilindungi, maka menjadi kewajiban negara untuk melakukan penanganan lebih lanjut. “Kalau pun itu nanti ada kegiatan dan ternyata gagal dalam penanganan dan mati, tetapi satwa tersebut sudah terlaporkan, berbeda dengan mati dulu baru dilaporkan,” tuntasnya. (mg3/fer)

Sumber: