Modal Cupet, Untung Peringkat 3
![Modal Cupet, Untung Peringkat 3](https://memorandum.disway.id/assets/default.png)
PON (Pekan Olahraga Nasional) XX Papua berakhir. Perasaan suka, duka, susah, senang, gegap gempita, sakit, sehat mewarnai persaingan akbar olahraga antarprovinsi.
Di titik inilah gengsi provinsi terlihat mana yang jadi jagoan. Bagi atlet juga demikian. Berbagai perasaan tumplek-blek menjadi satu “di perjalanan” multiolahraga nasional kali ini. Ada yang tertawa lebar, tertawa ringan, tertawa menyeringai, ada pula yang hanya tersenyum. Mereka semua melakoni diri sebagai pejuang olahraga mewakili provinsi masing-masing. Sebagai pemenang atau pecundang. Sebagai jawara atau pemain sandiwara, sembari menunggu cairnya gerojokan bonus pasca berlangsungnya perjuangan.
Itulah PON yang gelarannya empat tahun sekali menjadi titik balik kedigdayaan provinsi dan atlet sejak 1948 kali pertama dilaksanakan di Kota Surakarta. Kebanggaan dan kehormatan provinsi sangatlah kokoh menyertai para pejuang olahraga yang dilakoni sampai titik darah penghabisan. Sampai teknik terakhir mematikan pertahanan lawan, semua dilakukan untuk mempersembahkan hasil terbaik bagi provinsinya.
Termasuk bagi Jawa Timur. Ratusan atlet putra atau putri berjuang memberi hasil terbaik di berbagai cabang olahraga (cabor) provinsi yang dipimpin Gubernur Khofi fah Indar Parawansa berakhir di urutan ketiga “papan” klasemen memperoleh medali baik emas, perak, atau perunggu.
Tercatat, Jawa Timur meraih 110 emas, 89 perak, 88 perunggu di bawah Provinsi Jawa Barat yang menduduki peringkat pertama dengan 133 emas, 105 perak, 115 perunggu, dan DKI Jakarta 111 emas, 91 perak, 100 perunggu di urutan kedua. (per jam 18.00 WIB, 15 Oktober 2021).
Akibat posisi ini di masyarakat teropinikan Jawa Timur gagal dalam ajang olahraga terbesar nasional kali ini. Gagal karena tak mampu menjadi pendulang medali emas terbanyak.
Gagal akibat tak mencapai 120 medali emas seperti target yang dipatok sebelum keberangkatan ke tanah harapan, Provinsi Papua, tempat berlangsungnya PON XX.
Nah apa benar itu (opini) sebuah kegagalan. Atau disebut gagal karena pada PON sebelumnya (berlangsung di Jawa Barat 2016), Jawa Timur menduduki peringkat kedua di bawah Jawa Barat di urutan pertama.
Tentu tak mudah dimengerti. Ini akibat ada pihak yang tidak berkenan disebut gagal meski pihak yang suka mengatakan itu sebuah kegagalan mutlak Jawa Timur sangat nyaring bunyinya.
Tak dipungkiri, hasil akhir PON memang diukur dari perolehan jumlah medali emas. Namun, urusan pembinaan atlet juga digunakan sebagai patokan mengukur kegagalan atau keberhasilan.
Dan ukuran pembinaan atlet tak bisa dilepaskan dari unsur pendanaan. Jadi, tak perlu menyalahkan siapa pun atas hasil akhir yang diraih Provinsi Jawa Timur dalam arena PON XX Papua sebuah kegagalan absolut setelah dana pendukung PON yang diajukan lewat di PAPBD oleh KONI (komite olahraga nasional Indonesia) Jawa Timur hanya disetujui tidak lebih dari 50 persen. Apalagi KONI
Jatim sejak awal hanya mengusung program Puslatda Jatim 100 yang berarti fokus mengejar 100 medali emas PON saja.(*)
Sumber: