Bantu Ekonomi Warga, Untag Surabaya Bentuk Kampung Noto Cacing di Desa Rejosari

Bantu Ekonomi Warga, Untag Surabaya Bentuk Kampung Noto Cacing di Desa Rejosari

Surabaya, memorandum.co.id - Pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan ekonomi masyarakat, termasuk petani dan peternak di Desa Rejosari, Jombang. Menjawab hal tersebut, Dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengembangkan program bertajuk Kampung Noto Cacing. Program tersebut diketuai oleh dosen Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Febby Rahmatullah Masruchin ST MT. “Kami melakukan pengabdian masyarakat berupa penataan tempat budidaya terintegrasi untuk meningkatkan kapasitas produksi peternakan cacing di Desa Rejosari,” katanya, Jumat (15/10/2021). Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat Desa Rejosari, salah satunya Sukarnoto yang merupakan peternak cacing dari Kelompok Tani Rejosari. Dalam melaksanakan pengabdian masyarakat yang meraih pendanaan hibah perguruan tinggi (HPT) Untag Surabaya ini, Febby didampingi oleh  dosen Prodi Teknik Informatika Ardy Januantoro SKom MMT serta melibatkan tiga mahasiswa yakni, Putri Dwi Adhiarisme, Ahmad Bayu Priyatna, dan Moch Roub Abidin. “Di Desa Rejosari banyak kotoran sapi yang dibuang bahkan mencemari sungai, padahal kotoran sapi dapat bernilai ekonomi jika diolah, salah satunya melalui budidaya ternak cacing,” terang Febby. Febby mengungkapkan, bila masyarakat mengalami permasalahan seperti pertumbuhan anakan dan indukan tidak maksimal. Sehingga mengalami kerugian penjualan kascing (salah satu pupuk organik terbaik berupa kotoran cacing yang sudah dikeringkan, red), karena juga masih mengandung kokon atau anakan cacing. "Di samping itu, limbah kotoran sapi sebagai pakan tidak diolah terlebih dahulu sehingga nutrisinya kurang maksimal. Keterbatasan lahan untuk pengembangan juga menjadi permasalahan," sebut Febby. Meski keterbasan lahan yang menjadi salah satu kendala, namun itu tidak menyurutkan niat Febby dalam mengembangkan ekonomi Desa Rejosari ini. “Selama ini ada kendala namun bingung bagaimana menyelesaikannya. Warga juga ingin mengembangkan di lahan kosong yang dimiliki namun bingung bagaimana penataannya yang baik dan efisien,” tuturnya. Febby berharap, adanya kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini dan ada kegiatan lanjutan ke depannya baik kegiatan pendampingan atas yang sudah dilaksanakan maupun kegiatan baru yang akan dibuat. Timnya menawarkan desain tempat budidaya yang diimplementasikan di lahan pengembangan mitra. “Desain arsitektural terintegrasi meliputi noto indukan, noto anakan, noto pakan hingga noto limbah yang diharapkan bisa mengatasi permasalahan yang ada,” paparnya. Febby dan tim juga melakukan peningkatan kapasitas produksi budidaya cacing dan kascing yang dihasilkan. Selain itu, dia dan timnya juga berencana akan melakukan evaluasi hingga enam bulan terkait kuantitas dan kualitas budidaya cacing yang dihasilkan pada tempat budidaya baru yang telah dirancang. “Kami juga akan melakukan kegiatan pengabdian lanjutan di semester berikutnya terkait dengan pengolahan produk olahan cacing dan kascing,” ujarnya. “Semoga usaha mitra semakin berkembang dan maju serta memberikan kemanfaatan yang besar bagi masyarakat sekitar,” tuntas Febby mewakili timnya. (mg3)

Sumber: