Cinta di Bawah Guna-Guna (5-habis)
Disambut Gamparan Suami
Tami di-ruqyah. Ini dilakukan setelah kiai yang dimintai tolong Dina dan Tami menduga kuat Tami diganggu makhluk halus. Jin. Tami diminta duduk bersila. Santai. Kemudian dibacakan ayat-ayat suci Alquran. Tiba-tiba dia terlihat seperti mual dan huek-huek ingin muntah. Dina yang berada di sebelah Tami segera menyediakan tas kresek hitam untuk mewadahi muntahan Tami. Dan benar. Tidak lama kemudian Tami muntah-muntah dahsyat. Tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Satu tas kresek berukuran sedang tidak muat. Butuh dua tas kresek. Tami mengaku berkunang-kunang dan ingin merebahkan diri. Kiai mempersilakan Tami rebah, memejamkan mata, dan melepaskan semua beban pikiran dan apa pun yang menggelayuti jiwa. Samar-samar Tami mendengar nama Danang disebut-sebut Dina. Entah apa yang dia ceritakan, Tami tidak bisa mendengar dengan jelas. Kesadarannya lambat laun hilang hingga akhirnya benar-benar terlelap. Begitu kembali sadar, Tami merasa ada sesuatu yang mengganjal di dada. Berat. Sangat berat. Tami juga merasakan kesedihan yang mendalam. Tidak jelas apa yang disedihkan, namun rasanya Tami ingin menangis. “Kalau Nak Tami ingin menangis, menangislah. Jangan ditahan. Tidak usah ragu dan malu. Ekspresikan semua yang Nak Tami rasakan,” kata Pak Kiai. Tami merangkul Dina, lantas menyandarkan kepalanya di pangkuan sahabatnya itu. “Nak Tami harus sabar dan makin mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa. Tingkatkan ibadahnya,” imbuh sang kiai. Tangis Tami yang sudah mereda kembali mengeras. Dengan terbata-bata dia mengakui sudah lama tidak bersujud kepada-Nya. “Sudah lama Kiai, entah mulai kapan. Pokoknya sudah lama,” tutur Tami. “Tidak apa-apa. Yang penting sekarang bertobat,” tekas kiai. Sepulang Tami dan Dina dari tempat kiai, ternyata Danang sudah angkruk-angkruk di kursi teras rumah kos-kosan. Wajahnya tegang. Begitu Tami masuk halaman dengan digandeng Dina, tangan Danang melayang hendak menggampar wajah Tami. Dina tanggap dan menutupi wajah temannya dengan tas yang dia bawa. Terjadi ricuh. Beberapa penghuni kos yang sebagian sudah berangkat tidur terbangun dan berkerumun. “Teruskan. Aku akan maloporkan kamu ke polisi,” ancam Tami. Danang kaget dan tidak menduga Tami bakal melakukan perlawanan. Walau sekadar ancaman. Lelaki bertubuh ngiyeyet itu surut. Mundur. Dina lantas menyeret Tami masuk kamarnya. Menjauh dari Danang. “Tiga hari kemudian Dina dan Tami ke sini. Minta diuruskan gugatan cerainya,” kata Ikin. (jos, habis)Sumber: