Cinta di Bawah Guna-Guna (1)

Cinta di Bawah Guna-Guna (1)

Dicolek Bokongnya

Tami (samaran) mengaku tidak bisa melanjutkan rumah tangganya dengan sang suami, sebut saja Danang. Sudah tidak bisa. “Saya ditipu sejak awal,” kata Tami seperti ditirukan pengacara yang dia mintai tolong mengurus gugatan cerainya, Ikin (bukan nama sebenarnnya), di kantornya dekat Pengadilan Aglama (PA) Surabaya, beberapa waktu lalu. Tami mengaku kali pertama bertemu Danang ketika mengikuti tes penerimaan karyawan baru di sebuah perusahaan swasta, dua tahun lalu. Pada pandangan pertama saja Tami sudah memberikan penilaian negatif. Katanya Danang tengil dan sok-sokan. Sepanjang perjalanan pulang dari tes, Tami tak henti-hentinya membicarakan ketengilan Danang dengan sahabatnya yang juga ikut tes, sebut saja Dina. “Tami mengaku sempat dicolek bokongnya ketika menuju tempat parkir,” kata Ikin. Ini yang paling menimbulkan sakit hati. Kebetulan mereka, Tami dan Danang, sama-sama lolos dari seleksi awal. Pada saat mengikuti wawancara pada seleksi berikutnya, Danang bertingkah lagi. Tami diajak salaman dan telapak tangannya diciumi bolak-balik. Tami sudah secepatnya menarik tangan, namun Danang tidak kalah sigap. Dia genggam erat-erat tangan Tami, lalu menariknya mak-set. Tentu saja Tami kaget dan seketika wajahnya mendarat di dada Danang. Untung saja saat itu area parkir sangat sepi sehingga tidak ada orang yang melihat. Tami marah. Permukaan wajahnya terasa panas. Malu dan marah bersatu jadi satu. Reflek Tami meludah ke wajah Danang. Tepat mengenai pipi kiri dan meleleh hingga menetes melalui rahang. “Kata Tami, Danang tidak marah. Dia hanya tersenyum sambil mengusap ludah di wajahnya dengan tisu, lantas melipatnya dengan rapi dan memasukkan tisu itu ke saku baju,” kata Ikin. Pulang dari lokasi tes, Tami langung mencurahkan isi hati kepada Dina. Termasuk sumpah serapahnya kepada pemuda tersebut. Intinya Tami sangat benci kepada Danang. Benci yang sebenci-bencinya. Benci-ci-ci... Saking bencinya, semua kosa kata kotor bahasa yang dia kuasai dikeluarkan. Dari misuh Soroboyoan diancuk hingga kata-kata Londo Inggris seperti fuck you dan bahasa Madura pate’ jih turut antre. “Tapi areke ngganteng lho,” goda Dina seperti ditirukan Ikin. “Tapi kurang ajar,” sahut Tami. “Areke yo gagah,” goda Tina lagi. “Pret,” jawab Tami cepat. Dua minggu kemudian yang ikut tes dan dinyatakan diterima kembali dipanggil. Ternyata Tami gagal. Tidak ada panggilan untuknya. Penasaran siapa yang diterima, dia menuju lokasi kantor pencari kerja. Tami menemui sekuriti dan bertanya siapa yang akhirnya diterima. Dengan senyum penjaga keamanan itu menjawab, “Mas yang ganteng. Mas Danang.” (jos, bersambung)

Sumber: