Nekat Mengawini Bispak (4-habis)

Nekat Mengawini Bispak (4-habis)

Ditegur, Balas Lempar Piring

Agar bisa menikahi Ranti, Rendra berbohong kapada orang tuanya bahwa dia “kecelakaan” dengan Ranti ketika ada acara kampus di Pacet. Ranti hamil dan Rendra haru bertanggung jawab. “Saya terpaksa mengarang cerita itu. Jadi, Ayah dan Ibu tahunya janin di perut Ranti adalah anakku,” kata Rendra. Hanya satu bulan pascanikah, Ranti keguguran. Janin di dalam kandungan sudah berbentuk bayi, tapi cacat. “Melihat kondisi fisik janin, saya sangat bergidik. Dia tidak memiliki tangan dan kaki,” tutur Rendra sambil mendekap pundaknya. Baru tiga minggu setelah keguguran, ada kabar buruk tentang Ranti. Dia digerebek istri salah satu dosen di sebuah hotel kawasan HR Muhammad. Kabar ini bagai bom di kampus. Sang dosen disanksi berat dan Ranti dikeluarkan. “Tiga bulan kemudian Ranti bekerja sebagai SPG rokok terkenal,” kata Rendra. Sejak itulah kabar buruk tentang Ranti keluar masuk telinga Rendra. Toh begitu, Rendra masih terus bersabar sambil tidak henti-henti menasihati sang istri. Tapi bagai menghadapi Tembok Besar China, nasihat Rendra tidak pernah digubris. “Saya sudah berusaha ke orang pintar, minta agar Ranti disadarkan, tapi tidak berhasil,” tutur Rendra, yang menambahkan bahwa upaya mendatangi kiai dan ustaz pun tidak membuahkan hasil. Rendra lulus kuliah. Dan dalam waktu singkat dia diterima kerja di perusahaan swasta yang cukup bonafide. Gajinya lumayan tinggi. Karena itu, bila sebelumnya dia tidak berani semena-mena melarang aktivitas Ranti, kini Rendra mencoba lagi mengingatkan tingkah kurang baik Ranti. Tak disangka, Ranti marah. Dia menyatakan kalau memang tidak bisa menerima, silakan dicerai. Ranti bahkan mengingatkan jika dulu Rendra sudah sepakat tidak bakal mencampuri urusan Ranti. Rendra kembali berusaha bersabar. Namun, kali ini tidak. Dia sudah tidak bisa menerima sikap Ranti. Bagaimana bisa bersabar bila suatu saat dia memergoki dengan mata-kepala sendiri Ranti keluar bareng bosnya dari hotel di kawasan pinggiran kota. “Ketika saya tegur dan saya nasihati, dia kembali marah-marah. Saya bahkan dilempari piring. Untung bisa mengelak,” kata Rendra. Kejadian selanjutnya semakin tidak bisa dimaafkan. Ranti dipergoki dengan sepupu Rendra sendiri. “Saya merasa wajah saya seperti dilabur kotoran sapi,” kata Rendra. Menurut Rendra, awalnya kabar ini hanya sriwing-sriwing terdengar di kalangan keluarga. Namun seiring perjalanan waktu, hampir semua keluarga besar tahu borok keluarga Rendra. “Ayah-Ibu pun menegaskan: apakah benar kabar tersebut? Bagaimana saya harus menjawab?” kata Rendra sambil menyeka ujung matanya dengan lengan baju. (jos, habis)

Sumber: