Ketua Apvokasi Jatim Serukan Optimisme Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi
Surabaya, memorandum.co.id - Tak terasa, kemunculan pandemi Covid-19 hampir menyentuh dua tahun. Atas eksistensi virus korona ini, dunia kesehatan dibuat kalang kabut. Begitu pun sektor ekonomi, juga banyak yang terdampak. Namun, semangat optimisme dan produktif di tengah pandemi harus tetap dibangun. Demikian ajakan Dr Ir Jamhadi MBA, selaku Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (Apvokasi) Jawa Timur. “Mari kita menjalani kehidupan dengan optimisme meski sedang menghadapi pandemi Covid-19. Yakinlah pandemi segera berakhir dengan tetap menjalani kegiatan sesuai protokol kesehatan,” ujar Jamhadi, saat menjadi pemateri dalam kuliah umum bertema ‘Optimisme Pemulihan Ekonomi dari Disrupsi Ekonomi Pandemi Dunia’, Senin (13/9/2021). Di hadapan mahasiswa pasca sarjana Universitas Islam Kalimantan, secara virtual Jamhadi menjelaskan, meskipun pandemi Covid-19, bukan berarti kegiatan ekonomi lumpuh. Justru, di saat pandemi Covid-19, beberapa indikator ekonomi mencatatkan pertumbuhan yang positif. Seperti misalnya investasi dan perdagangan, meski sektor pariwisata belum sepenuhnya normal. Hal tersebut dinilai Jamhadi sebagai kesuksesan program pemerintah pusat dan daerah yang telah mengalokasikan porsi besar dalam APBN, dalam mendukung pemulihan ekonomi dan kesehatan. Dukungan itu, kata Jamhadi, berupa subsidi bunga untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sebesar Rp 34,15 triliun, dan insentif pajak Rp 28,06 triliun. Selain itu, Pemerintah juga menggelontorkan anggaran untuk penjaminan kredit modal kerja bagi UMKM sebesar Rp 6 triliun. Tidak hanya untuk UMKM. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung korporasi, seperti pemberian insentif pajak sebesar Rp 34,95 triliun, serta penempatan dana pemerintah di perbankan untuk restrukturisasi debitur UMKM sebesar Rp 35 triliun. “Pemerintah juga mengalokasikan anggaran sebagai upaya pemulihan kesehatan sebesar Rp 214,9 triliun serta perlindungan sosial masyarakat berjumlah Rp 187,8 triliun. Juga ada program sosial lainnya, seperti program keluarga harapan, kartu sembako, dan lain-lain,” ungkap Dewan Pertimbangan Kamar Dagang Dan Industri (KADIN) Kota Surabaya ini. Hal penting lainnya yang disebutkan Jamhadi ialah sumber daya alam (SDA) Indonesia khususnya di Kalimantan yang melimpah. “Itu perlu dieksplorasi dengan melibatkan masyarakat lokal,” kata Jamhadi. Di sektor perdagangan, Jamhadi menyampaikan kabar baik jika neraca perdangan Indonesia pada Juli 2021 mengalami surplus sebesar 2,59 miliar dollar AS. Berdasarkan negara mitra dagang, Indonesia mengalami surplus terbesar dengan Amerika Serikat yakni mencapai 1,27 miliar dollar AS, Filipina 533 juta dollar AS, dan Malaysia 397,5 dollar AS. “Dan ekspor di dunia itu sebagian besar atau 90% lewat jalur laut, sebanyak 40% dari Indonesia. Indonesia patut dibanggakan karena perdagangan berkontribusi positif,” ujar Jamhadi. Alasan lain kenapa harus optimis di tengah pandemi ialah realisasi investasi di Indonesia yang mencatatkan kinerja positif. Disebutkan Jamhadi, realisasi investasi penanaman modal asing berdasarkan lokasi periode Januari-Maret (TW 1). Diperingkat utama 5 besar ialah Jawa Barat dengan nilai USD 1.445,1 miliar dengan 3.083 proyek, DKI Jakarta sebesar USD 1.003,5 dari 2.848 proyek, Sulawesi Tengah sebesar USD 577,4 dengan 99 proyek, dan Riau USD 557,6 dari 179 proyek. “Realisasi investasi pada 2021 ditargetkan mencapai Rp 858,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan target realisasi 2020 sebanyak Rp817,2 triliun. Optimistis investasi di Indonesia akan pulih pada tahun 2021, dan investasi akan melonjak 6,4% setelah cukup terdampak sejak pandemi Covid -19 bermula pada tahun lalu,” ujar Jamhadi yang juga CEO PT Tata Bumi Raya ini. Dengan demikian, Jamhadi yakin, visi Indonesia untuk menjadi negara maju di tahun 2045 bakal mudah tercapai. Untuk menuju Indonesia jadi kekuatan ekonomi ke-5 terbesar di dunia itu, dari jumlah penduduk Indonesia sekitar 309 juta jiwa, maka produktivitas 52%, pendapatan per kapita USD 29.300, urban 75% tinggal di kota, middle income 80% kelas menengah, dan bisnis 73% kue ekonomi dari sektor jasa. Selain itu, perlu dipersiapkan untuk perubahan pola ekonomi ke arah disruptif, dengan menyiapkan SDM Unggul produktif dan kompetitif dalam industri 4.0 ke 5.0. Penerapan e-commerce telah dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas makers dan perluasan akses pasar. “Sebanyak 50,87%, perusahaan ekonomi kreatif sudah menerapkan e-commerce. Sisanya 49,13% belum,” tuntas Jamhadi. (mg3)
Sumber: