Jauh di Mata (Tak) Dekat di Hati (4-habis)
Rangkul Wanita Ber-Lingerie Nerawang
Semua sudah dipersiapkan Hanum untuk memberi surprise Kozin. Namun tiga hari menjelang hari H, tiba-tiba Kozin minta izin tidak pulang karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. Nana kccewa. Dia merasa sia-sia mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kepulangan Kozin pada hari jadi perkawinan mereka. Namun, ternyata hal itu sudah diantisipasi oleh Hanum. Dengan senyum manisnya perempuan ini menawarkan alternatif lain. Ramai-ramai bersama anak semata wayang Kozin vs Nana, sebut saja Nanang, mereka diam-diam akan nyambangi Kozin di Pacitan. “Sekalian rekreasi. Pacitan kan terkenal dengan destinasi-destinasi wisatanya yang apik,” kata Hanum. Nana menyambut baik gagasan adiknya. Apalagi Nanang. Mendengar kata piknik, rekreasi, wajahnya langsung berbinar. “Saya akan mampir ke rumah masa kecil Pak SBY. Boleh?” kata Nanang, antuasias, seperti ditirukan Hanum. Hanum dan Nana merespons kegembiraan Nanang dengan senyum dan anggukan serempak. Maka, sehari menjelang hari H, rombongan Hanum, Nana, dan Nanang bersiap melakukan perjalanan panjang Surabaya-Pacitan. Mereka dijemput travel. Sepanjang perjalanan Nanang mengekspresikan kegembiraan berjumpa sang ayah dan rencana mengunjungi tempat-tempat wisata di kota pesisir Laut Selatan tersebut. Sampai lelah. Sampai ketiganya dan para penumpang lain tertidur pulas. Bangun-bangun hari sudah pagi. Matahari baru saja menguap dari tempat terbitnya di ufuk timur. Mereka tidak njujug di alamat Kozin seperti yang pernah dicatat Nana. Nana bermaksud bersih-bersih diri sebelum menemui Kozin. Memberinya surprise yang sempurna. “Kami minta sopir travel mengantar kami ke hotel atau penginapan dekat alamat tempat tinggal Mas Kozin. Untuk sekadar mandi dan sarapan. Agar saat bertemu Mas Kozin sudah terlihat segar,” kata Hanum. Tepat pukul 05.30 mereka berangkat dari penginapan. Nana berharap Kozin masih di rumah. Sebab, selama bersama Nana, Kozim selalu bangun pukul 03.00-04.00, salat Subuh, kemudian olahraga kecil di halaman rumah. Sekitar pukul 05.45 Nana dan rombongannya sampai di depan alamat rumah seperti tertulis di catatan Nana. Rumahya kecil tapi asri. Lampu teras masih menyala. Sampai pukul 06.00 belum tampak ada aktivitas di rumah tersebut. Nana berusaha menelepon Kozin, tapi tidak ada respons. WA-nya juga tidak dibalas. “Maaf, cari siapa ya?” tiba-tiba terdengar suara lelaki tua dari rumah sebelah. “Maaf mengganggu. Kami cari Pak Kozin.” “Pak Kozin bangunnya selalu agak siangan, Bu. Biasanya jam tujuhan…” Belum selesai orang itu bicara, pintu rumah yang dituju Nana terbuka. Tampak Kozin merangkul seorang perempuan dengan masih berpiyama. Perempuannya bahkan hanya menggunakan lingerie nerawang. Tanpa ba-bi-bu Nana mengajaak Hanum balik badan dan menyeret paksa Nanang kembali ke penginapan. “Begitulah. Akhirnya Mbak Nana menggugat cerai Mas Kozin. Ini nanti proses mediasi,” kata Hanum. (jos, tamat)Sumber: