Ini Kata DPRD Jatim: Zona Hijau Covid-19 di Kota Surabaya Masih Sulit
Surabaya, memorandum.co.id - Kota Surabaya akan sulit memutus penyebaran Covid-19 menjadi zona hijau, jika tidak ada kerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) di sekelilingnya. Hal itu mengacu pada status Kabupaten Bangkalan yang saat ini dalam zona merah akibat lonjakan kasus Covid-19. Anggota DPRD Jatim Agatha Retnosari menjelaskan, Kota Surabaya tidak akan pernah berhasil menjadi zona oranye kalau tidak ada kerjasama dengan pemerintah daerah di sekelilingnya, termasuk Madura. Karena itu Agatha Retnosari mendukung kebijakan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi terkait penyekatan yang ada di Suramadu. Pasalnya, sebelum ada penyekatan, Surabaya sudah memasuki zona aranye. "Saya sangat setuju dengan Mas Eri (Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, red) terkait penyekatan yang ada di Suramadu. Sebelum ada penyekatan itu sudah oranye, cuma 1 kelurahan Babatan, Wiyung yang merah. Lainnya sudah oranye, bahkan sudah ada yang hijau," ungkapnya. Ia menyebutkan kesadaran prokes masyarakat sangat rendah. Tidak ada antisipasi sebelumnya, baik dari pemda ataupun pemprov," katanya. Di Madura, khususnya Bangkalan, lanjut Politisi PDI Perjuangan ini, belum masif sosialisasinya. "Termasuk pimpinan yang ada disana, mulai kepala daerah dan perangkatnya bahkan DPRD-nya," terangnya. Kemudian muncul kasus extraordinary di Bangkalan. Agatha pun membeberkan bahwa kasus tersebut sudah bukan rahasia lagi lantaran Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pernah menyampaikan orang Madura sakti. "Bu Gubernur juga sudah menyampaikan orang Madura sakti-sakti, dan kemudian membiarkan masyarakat madura tidak bermasker. Betul, timbul kasusnya kecil atau tidak pernah di tes. Sehingga tidak ada data yang masuk," beber dia. Dijelaskan Agatha, kalau 1 orang yang OTG dan tidak sadar kalau dirinya OTG, bermasker saja menolak. Berarti, kata dia, kesadaran terhadap prokesnya sangat rendah. "Terus dia jalan keliling Surabaya, Surabaya ini tingkat kepadatan penduduknya tinggi, loh. Padahal, Surabaya kalau melakukan tracing itu 1 orang harus melakukan tracing 65 orang itu bisa dapat sampai 50 persen yang positif," terangnya. "Kenapa begitu, karena kita punya budaya silaturahmi sama tetangga. Dan sekarang jika ada yang 1 kena itu keluarganya wajib swab semua," tukasnya. (day)
Sumber: