KRI Teluk Banten (516) dan KRI Makassar (590)
Reporter:
Syaifuddin|
Editor:
Syaifuddin|
Kamis 11-07-2019,08:26 WIB
KRI Teluk Banten yang siap membawa awak media untuk latihan Armada Jaya.
Kemarin, Rabu (10/7), seharusnya memang menjadi hari pertama saya masuk kapal yang mengikuti latihan perang Armada Jaya XXXVII/2019. Tapi ada perubahan rencana oleh TNI AL yang akhirnya mengubah hari masuk kapal sehari kemudian. Itu pun kami para awak media akan dibagi menjadi dua tim di dua kapal. Dua kapal yang sudah disiapkan adalah kapal perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Banten dan KRI Makassar (590). Saya akan ke kapal yang mana?
Saya mencoba mengenal kedua kapal dari sejumlah sumber yang bisa digali dan dilacak dari jejak digital. Tentu semampunya saya. KRI Teluk Banten (516) memang lebih kecil daripada KRI Makassar (590). Tapi jejak tugasnya, sepertinya KRI Teluk Banten (516) lebih banyak terlihat di sejumlah kegiatan. Mulai dari dukungan pada korban bencana sampai dengan menjadi alat angkut evakuasi pengungsi eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pada 2016 lalu.
Menariknya diKRI Teluk Banten (516) juga pernah digelar seminar. Iya seminar di atas kapal perang. Tahun lalu, seminar tentang Sakosa digelar di atas kapal perang dengan panjang 100 meter x lebar kapal 15.4 meter x ketinggian di atas permukaan air laut 4.2 meter. Samosa sendiri adalah kependekan dari Sangeang, Komodo, dan Sape. Tiga pulau dengan potensi wisata yang luar biasa.
Sebenarnya dalam daftar alutsista (alat utama sistem senjata) TNI AL, KRI Teluk Banten (516) tidak sendirian. Ada lima bersaudara yang sejenis dengannya. Adalah KRI Teluk Mandar (514), KRI Teluk Semangka (512), KRI Teluk Penyu (513), KRI Teluk Sampit (515), dan KRI Teluk Ende (517). KRI ini adalah kapal perang TNI AL jenis landing ship tank (LST) kelas Teluk Semangka, yang merupakan jenis kapal pendarat kelas Tacoma. Bisa jadi karena bentuknya lebih ramping, kapal ini bisa lebih gesit di medan bencana. Besok saya baru bisa melihat KRI Teluk Banten dengan mata kepala sendiri.
KRI Makassar (590) memang lebih besar. Lebarnya 22 meter dengan panjang 122 meter. Kapal ini juga terlibat dalam sejumlah aksi sosial dan evakuasi pada bencana. Tentu apa yang diangkut kapal ini jelas lebih banyak dari KRI Teluk Banten (516). Dari beberapa sumber yang sempat saya baca, ada sedikit keistimewaan di kapal ini. KRI Makassar dibeli dari Korea Selatan pada 2007 lalu. Tak hanya sekadar membeli, TNI AL juga mengirimkan prajuritnya ke Korsel saat KRI Makassar sedang dalam proses perakitan kapal dengan delapan lantai.
KRI Makassar merupakan sebuah kapal landing platform dock (LPD) dengan fungsi utama mengangkut pasukan serta seluruh perlengkapan dan kendaraan saat perang. Geladak L (Lombok) paling bawah isinya mesin. (Di atasnya) geladak K (Kendal), ada tank deck yang bisa memuat 25 tank dan ranpur (kendaraan tempur).
Di geladak K ini juga terdapat sebuah dock well sebagai tempat menyimpan kapal landing craft utility (LCU). LCU ini merupakan kapal pendaratan serbaguna jika KRI Makassar tidak memungkinkan untuk merapat di sebuah daratan yang sulit terjangkau. Tepat di atas geladak J terdapat geladak H (Halong) yang dapat dibilang sebagai lantai dasar KRI. Jika penumpang naik melalui tangga dari luar kapal, geladak ini yang pertama kali ditemui. Di geladak ini ada sebuah pos penjagaan prajurit dan car deck tempat memarkirkan mobil-mobil. Buritan kapal juga berada di geladak ini.
Di tiap geladak yang memiliki barak, kamar mandi khas prajurit disediakan. Saat masuk ke dalam kamar mandi, ada sekat-sekat dengan masing-masing pancuran untuk prajurit mandi. Dapur juga berada di bagian dek ini, ranpur dan 14 mobil bisa diparkirkan di sini. Selain itu, di geladak ini juga terdapat landing craft vechicle person (LCVP) yaitu kapal khusus untuk kendaraan personel.
Ruang senjata juga berada di geladak H. Sayang senjata sedang tidak berada di ruangan tersebut. Senjata dan amunisi di tempat lain. Rahasia. Tidak boleh semua orang masuk. Di geladak ini juga ada komandemen, semacam ruang office, dan klinik kesehatan, hampir seperti rumah saki kecil.
Naik ke atas geladak H adalah geladak G (Garut) yang terdapat 15 barak untuk pasukan. Tempat makan dan lounge room untuk prajurit. Di geladak ini area santai terpusat. Terdapat ruang semi outdoor yang dijadikan sebagai ruang olahraga sekaligus tempat untuk berkaraoke bagi pasukan. Helipad juga berada di dek ini dan karena di area helipad merupakan ruang terbuka maka penumpang diperbolehkan untuk merokok di situ selama tetap menjaga kebersihan kapal.
Di atas geladak G adalah geladak Flores (F) yang diperuntukkan bagi para perwira dan pejabat kapal. Ada 20 kamar yang disediakan untuk perwira. Isi kamar pun bermacam-macam. Ada satu kamar yang bisa diisi oleh enam orang dengan tiga kasur tingkat. Ada yang hanya berisi satu kasur tingkat untuk dua orang yang dilengkapi kamar mandi dalam. Juga ada kamar berisi satu orang yang diperuntukkan bagi perwira tinggi. Di tiap-tiap kamar bagi perwira disediakan kursi santai dan meja kerja sekaligus lemari yang di dalamnya disediakan jaket pelampung.
Dari geladak ini, tepatnya di ruang smooking room, penumpang bisa melihat indahnya kerlap-kerlip lampu Jembatan Suramadu dari tempat KRI Makassar bersandar kini. Tempat ini akan menjadi tempat kesukaan saya. Sepertinya. Di bagian deck ini pula dua kamar VIP berada. Kamar ini dipergunakan untuk Presiden atau pejabat jika menginap di KRI Makassar. Presiden SBY dan Ibu Ani pernah menginap di kamar VIP ini waktu Latgab TNI dan Sail Raja Ampat. Bisa untuk pejabat lain, Panglima atau kepala staf TNI. Tapi dikhususkan untuk Presiden. Woow.. Rasanya kapal ini amazing.
Satu dari kapal tersebut akan menjadi tempat tinggal saya selama menghadiri undangan liputan Latihan Armada Jaya XXXVII, mulai besok. Entah saya ada di KRI mana, itu bukan masalah buat saya. Saya sudah siapkan mental untuk bertahan hidup di atas laut. Tanpa menginjak tanah. Tapi saya lebih suka pada KRI Makassar. Walau dengan KRI Teluk Banten pun saya juga suka. Biarlah. (bersambung)
Sumber: