Pasangan Terjerat Tagihan Riba Kartu Kredit (1)
Jatah Bulanan Selalu Saja Tidak Cukup
Sandi (nama samaran) terpaksa menceraikan Ani (nama samaran juga) gara-gara tanpa seizinnya, istrinya itu terjerat utang kartu kredit. Jumlahnya tidak sedikit Awalnya kehidupan rumah tangga Sandi baik-baik saja. Meski jauh dari kemewahan, secara finansial kebutuhan rumah tangga mereka sudah tercukupi. Setiap bulan Sandi memberi nafkah Rp 3,5 juta. Dengan anak satu, uang tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Setahun perjalanan pernikahan, kondisi keuangan masih normal-normal saja. Namun memasuki tahun kedua, keuangan rumah tangga mereka mulai goyah. "Setiap kutanya, ada saja alasannya. Untuk inilah, untuk itulah. Aku hanya bisa pasrah mendengar sejuta alasannya," ungkap Sandi. Ani juga sering marah-marah dan mulai menuntut macam-macam. Ani mengatakan uang yang diberikan Sandi setiap bulannya masih kurang. "Dia menuntut tambahan uang belanja bulanan. Aku sempat keberatan. Namun, karena menyadari sebagai suami dan kepala rumah tangga, aku menurutinya," katanya. Semakin lama Ani semakin menjadi. Uang tambahan belanja masih selalu dibilang kurang. Padahal, kehidupan rumah tangga biasa-biasa saja. Tidak ada perubahan. Tidak ada kemewahan. Hingga suatu ketika Sandi menemukan bukti yang membuat Ani selalu kekurangan. Ia menemukan selembar surat tagihan salah satu bank swasta. Ternyata itu surat tagihan kartu kredit. "Aku sangat kaget. Tanpa sepengetahuannya, aku menyimpan surat tersebut," ucapnya. Walau begitu, Sandi merahasiakannya. Ia tak menegur istrinya sama sekali terkait tagihan kartu kredit tadi. Sandi hanya ingin melihat reaksi istrinya pada akhir bulan. "Aku sengaja merahasiakan surat tagihan itu. Aku cuma ingin lihat di akhir bulan nanti. Apa reaksi dia," ujarnya. (mg5/jos, bersambung)Sumber: