Istri Diundang Yasinan, Puri Ditinggal Sekamar vs Seli

Istri Diundang Yasinan, Puri Ditinggal Sekamar vs Seli

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Puri menelan ludah. Dia segera melirik ke arah mata Seli. Celaka, karena gadis itu membalasnya dengan tatapan nakal. Penuh ajakan. Tapi juga ada nuansa ejekan. Penuh tawaran nikmat. Tapi juga ada ancaman laknat. Selesai makan, Puri bergegas masuk kamar. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Ternyata benar apa yang dikatakan beberapa kerabat bahwa Seli tergolong gadis nakal dan liar. Orang tuanya sampai kewalahan mengasuhnya, dan bersyukur ketika gadis itu melanjutkan kuliah di Surabaya. Tinggal di rumah Puri. Kini giliran aku dan keluargaku yang terkena apes. Ternyata Seli benar-benar liar. Sangat liar. Rasanya aku tak sanggup meneruskan tanggung jawab membimbing anak itu, kata batin Puri, yang lantas diungkapkan kepada Memorandum. Hari libur itu dihabiskan Puri untuk beristirahat total. Apalagi, semalam dia sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Kata orang Jawa, kancilen. Puri baru bangun ketika jam dinding berdentang tujuh kali. Sudah gelap. Sudah malam. Pintunya beberapa kali diketuk. Om, waktunya makan malam. Suara Seli. Waduh, ada apalagi ini? batinnya. Puri grogi. Seumur-umur menjadi lelaki, dia tidak pernah merasakan gejolak hati seperti ini. Dulu, semasa masih jomblo, dia pernah digoda teman-temannya yang brengsek sewaktu KKN (kuliah kerja nyata, istilah ketika Puri masih duduk di bangku perguruan tinggi). Puri diajak ke pasar malam. Ternyata kendaraannya dibelokkan ke lokasisasi. Puri diminta menunggu di sebuah warung, sementara teman-teman tadi pamit sebentar. Entah ke mana. Eee ternyata Puri dijebak. Tak lama kemudian muncul gadis berpakaian seksi. Dia menawarkan minuman dan mengajak ngobrol. Bla-bla-bla akhirul kata cewek tadi mengajak Puri masuk sebuah bilik. Saat itulah Puri baru menyadari dirinya dijebak. Sebagai pemuda yang selalu aktif mengikuti kegiatan masjid, Puri bergeming. Dia hanya tersenyum, kemudian keluar warung dan memanggil ojek, kembali ke rumah pak lurah yang dijadikan posko penginapan KKN. Sekarang situasinya berbeda, keluh Puri kepada Memorandum. Untuk menghindari pertemuan dengan Seli dan bertatap mata dengannya, Puri berteriak dari dalam, Maaf Sel. Om nggak enak badan. Makan saja dengan kakak-kakakmu. Bersamaan dengan berakhirnya ucapan Puri, Bunga yang baru saja datang dari berbelanja di minimarket menyeletuk, Biar dikeroki Seli, Mas. Kapan hari aku juga masuk angin. Setelah dikeroki dan dipijati Seli, eee anginnya langsung bablas. Mas hasus coba deh. Puri kaget setengah mati. Juga setengah hidup. Pernapasannya tersengal. Mas istirahat saja di kamar, biar ditangani Seli. Pasti ngejos. Aku akan keluar. Mungkin agak lama. Diundang yasinan dan pengajian di rumah Bu RT. Ceramahnya Kiai Anwar Zahid dari Bojonegoro. Kabarnya lucu, imbuh Bunga. Ketika pintu kamar terbuka, di depannya sudah berdiri Bunga dan Seli. Bunga langsung pamit yasinan, sementara Seli nyelonong masuk sambil tangannya disenggolkan alutsista (alat utama sistem tarung) Puri. Grenjel! Lelaki ini gemetaran sekujur tubuh, namun ditahan. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya mengawasi kepergian istrinya dan membiarkan Seli menanggalkan bajunya. (bersambung)

Sumber: