Lengan Kiri di Dala Seli, Lengan Kanan di Dada Bunga

Lengan Kiri di Dala Seli, Lengan Kanan di Dada Bunga

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Tiba-tiba terdengar suara istri Puri, sebut saja Bunga, memanggil-manggil nama suami. Seli menjawab bahwa Puri ada di kamarnya. Tidak sadarkan diri. Kini sedang dirawatnya. “Tadi Om berjalan dari pintu. Tubuhnya tampak lemas. Kebetulan aku dari kamar mandi. Sebelum jatuh, Om kubopong ke kamar,” kata Seli. Bunga mengucapkan terima kasih, lantas membimbing sang suami ke kamarnya, dibantu Seli. “Untung nggak sampai jatuh,” kata Bunga. Puri merasakan lengan kirinya menyentuh sesuatu di dada Seli, sementara lengan kanannya menyentuh benda yang sama milik istri. Mendadak Puri merasakan tubuhnya tersengat aliran listrik voltase rendah yang menjalar ke pangkal kaki. “Malam itu akhirnya aku menghabiskan malam dengan istri sampai pagi. Tanpa tidur. Kami bercinta hingga terdengar azan Subuh,” kata Puri. Paginya, di meja makan, Bunga bersikap tidak seperti biasa. Dilayaninya semua kebutuhan Puri disertai gesture bak semaja, tutur kata manja, dan senyum sejuta warna. Seli menahan senyum, sementara anak-anak Puri dan Bunga menggoda sang ibu. “Mama kayak ABG saja. Mesraaa banget sama Papa. Baru dihadiahi berlian segede gaban ya Ma?” goda si sulung, sebut saja Semi. “Oh, yang ini nilainya lebih mahal dari dunia dan seisinya,” jawab Bunga sambil membelai rambut Puri. “Nah tu. Nggak biasanya deh Mama begitu. Kayak pahala salat sunah sebelum Subuh saja,” sahut si ragil, sebut saja Jatmiko. Hari-hari setelah itu Puri merasakan dunia bagai miliknya. “Bunga pasti terkesan malam itu,” batinnya, seperti diungkapkan kepada Memorandum. Puri yakin, kejantanannya yang dahsyat malam itu pasti hasil reaksi minuman yang diberikan Seli. Kini Puri ingin mengulangi dan membahagiakan kembali sang istri. Untuk itu, walau agak gugup Puri menanyakan minuman apa yang diberikan kepadanya malam itu. Pertanyaan tadi disampaikan ketika sedang ada kesempatan berduaan dengan Seli di teras belakang rumah. “Minuman apa Om?” kata Seli balik bertanya. “Yang malam itu.” “Seli lupa deh Om,” tampaknya Seli sengaja menggoda Puri. “Waktu di kamar Seli.” “Kapan Om ke kamar Seli?” “Malam itu sepulang Om lembur.” “Memang berani Om masuk kamar Seli?” Puri terdiam. Dia sadar sedang dipermainkan. “Berani?” desak Seli. Puri mencoba menatap mata  gadis itu, tapi tak ada kekuatan berlama-lama. Puri merasakan dirinya seperti tikus kecil sedang dijilati kucing liar sebelum dikunyah-kunyah dan ditelan. “Kabarnya besok pagi Tante mengikuti bakti sosial bersama teman-teman arisan. Biasanya kan lama Om. Sampai sore. Bagaimana besok pagi Om Seli tunggu di kamar?” Puri akan menjawab, tapi kalimatnya dipotong berondongan ucapan Seli, “Nggak usah dijawab deh Om. Pokoknya besok Seli tunggu di kamar.” Usai menyelesaikan kalimat ini, dengan senyum Seli pamit berangkat kuliah. (bersambung)

Sumber: