Hanyut Terhimpit Kenikmatan Sesat yang Hanya Sesaat
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Elusan Gembes dirasakan Nia sangat menenangkan. Membuat hati adem. Karena itu, walau tahu hal tersebut tidak benar, Nia membiarkannya. Nia bahkan menurut saat Gembes membimbing masuk kamar dan mendudukkan di tepi ranjang. Entah bagaimana awalnya, “Aku baru sadar ketika kami sudah menyelesaikan semua. Kami terhempas di kedua sisi tepi ranjang. Kami hanya bisa saling pandang dan menyesali perbuatan terkutuk kami,” tutur Nia. Penyesalan itu dirasakan Nia dengan menyuarakan kata batin, “Kalau akhirnya seperti ini, apa bedanya aku dengan Mas Toni? Kalau ternyata kami sama-sama pengkhianat rumah tangga? Kalau faktanya kami sama-sama pemuja nafsu iblis?” Tapi aneh, penyesalan hanya dirasakan sesaat. Di sisi lain, Nia justru merindukan sentuhan lembut Gembes yang menenteramkan dan menghangatkan kebekuan hati. Nia merasakan seperti ada bunga melati, mawar, asoka, anyelir, allamanda, dan anggrek tumbuh subur di dadanya; merebakkan aneka wewangian. Menyebar ke mata dan menjadikan semua tampak indah. Menyebar ke telinga dan menjadikan semua tampak merdu. Menyebar ke sekujur tubuh dan menjadikan semua tampak halus dan mulus. Nia terperangkap dalam kenikmatan semu yang seolah tak berujung. Nia terpasung belenggu kebebasan yang justru memenjarakan jiwa. Nia semakin terhimpit dosa berwajah nikmat dan karunia. Kenikmatan yang disuguhkan Gembes benar-benar memalingkan. Nia sudah tidak peduli apa yang dilakukan dan terjadi pada suaminya. Tampaknya hal yang sama terjadi pada Toni. Mereka sudah saling acuh tak acuh. “Kami seperti tenggelam di samudra tak bertepi. Pada gelap malam,” tutur Nia, yang menambahkan bahwa rengekan manja anak semata wayangnya, sebut saja Funga, yang dulu menjadi pelipur lara berubah menjadi hama. Itu terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Nia baru menyadari apa yang terjadi pada diri dan keluarganya ketika pada suatu hari dokter menyatakan Funga mengidap kanker getah bening; ketika polisi muncul di rumah dan mengabarkan Toni ditangkap karena terlibat peredaran narkoba. Kedua peristiwa itu terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Mendadak suasana menjadi gelap. Tidak ada secuil pun cahaya. Bumi laksana diputar bukan pada porosnya. “Aku merasakan kiamat. Sebab, bersamaan dengan kejadian-kejadian itu, orang yang selama ini mampu menjadi penyuluh mendadak hilang entah ke mana,” keluh Nia. Tidak bisa dihindari, Nia harus pontang-panting ke kantor polisi untuk diperiksa terkait penangkapan Toni. Ini sangat menyita energi, dana, dan fokus perhatian yang tidak ringan. “Keadaan Funga yang sempat aku telantarkan sangat memprihatinkan. Sungguh aku menyesal telah abai darinya. Dia sangat cantik. Dia sangat manja. Dia sangat membutuhkan aku. Tapi di saat seperti ini, apa yang bisa aku lakukan?” (bersambung)
Sumber: