Toni Disambut Wanita yang Menampakkan Kecantikan Alami

Toni Disambut Wanita yang Menampakkan Kecantikan Alami

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Setelah mencari informasi ke sana-kemari, Nia tahu persis pekerjaan suaminya. Satpam rumah hiburan malam. Posisinya tak sembarangan; komandan. Perawakan tinggi-besar dan ketegasannya sangat cocok dengan posisi itu. Kabar lain menyebutkan, Toni mendapatkan posisi seperti itu karena dekat dengan manajer personalia rumah hiburan tersebut. Namanya sebut saja Ningrat, mantan terapis. Ningrat juga yang memasukkan Toni bekerja di tempat itu. “Kabarnya mereka sangat dekat dan tinggal serumah,” tutur Nia. Perempuan yang mengaku pandai memasak ini lantas menghubungkan kebiasaan Toni yang memang jarang pulang. Ia berkesimpulan, waktu itu tidak tertutup kemungkinan Toni sedang bersama Nigrat. Bisa jadi. Dengan asumsi demikian, Nia kemudian mencari tahu tempat tinggal Ningrat dan memastikan apakah Toni benar-benar sering berada di sana. Untuk itu, dia kembali meminta tolong driver ojek yang menolongnya tempo hari, sebut saja Gembes-mbes-mbes. Kebetulan Nia masih memiliki nomor WA Gembes. Kali ini upaya Nia untuk mengetahui rumah Ningrat agak susah terealisasi. Dia harus rela menunggu saat perempuan syantik tadi pulang dan membuntutinya. Gembes sih tidak ada masalah meski diajak melekan menyanggong kepulangan Ningrat sampai berhari-hari sekalipun. Gembes masih jomblo dan bisa mengatur waktu sesukanya. Tidak ada pihak-pihak yang bisa mengaturnya seperti pekerja pabrik panci di Waru. Walau penyanggongan sering lewat waktu dan laju motornya acap pula tertinggal, Gembes merasa enjoy-enjoy saja. Masalahnya, selama ini Nia selalu melihat Ningrat pulang sendirian. Tidak pernah bersama Toni. Makanya Nia berpikir: benarkah kabar yang menyebutkan Toni tinggal bersama Ningrat? Nia thenger-thenger di kursi panjang dekat motor Gembes diparkir. Membiarkan mobil Ningrat berlalu. Panggilan dan peringatan Gembes soal hal itu tidak dihiraukan. Nia tenggelam dalam lamunan. Bahkan, tanpa dia sadari, Toni berjalan ke arahnya. Dia membuka selubung penutup motor tidak jauh dari Nia. Kresek. Nia menoleh ka arah sumber suara. Saat itulah Nia kaget mengetahui Toni sudah hendak men-starter motor. Untung Toni tidak melihat ke arah Nia. Suasana malam yang sedang berproses menuju pagi membantu Nia tidak terlalu sulit untuk menyembunyikan wajah di balik helm teropong. Sengaja tidak membuntuti Ningrat, Nia mengajak Gembes melajukan motornya di belakang Toni. Nia berpikir, tiga hari ini Toni sudah bermalam di rumah, jadi ada kemungkinan kali ini tidak pulang. Karena itu, ada kemungkinan lain Toni menuju tempat tinggal Ningrat. Toni memang tidak mengarahkan laju motornya ke arah rumah mereka, melainkan ke arah lain. Dan benar, pada pangkal pagi itu Nia menyaksikan Toni disambut Ningrat di pintu masuk sebuah rumah semimewah di kawasan Kertajaya. Bedanya, kali ini Ningrat tidak berdandan seperti biasanya. Menor. Melainkan polos. Apa adanya. Tapi justru dengan penampilanya sekarang, Ningrat menampakkan kecantikan sesungguhnya. Kecantikan alami. Pada saat itulah Nia baru menyadari Ningrat memang bukan perempuan asing baginya. Dia adalah tetangga desanya di Gunungkidul. Ningrat adalah Kemala. Kemala adalah Ningrat. Dua nama yang menempel pada tubuh yang satu. (bersambung)    

Sumber: