Prof Nidom Desak Uji Antibodi Vaksin dengan Varian B117

Prof Nidom Desak Uji Antibodi Vaksin dengan Varian B117

Surabaya, memorandum.co.id - Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Covid-19 dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom meminta segera dilakukan uji antibodi dari hasil vaksinasi dengan varian mutasi Covid B117. Lantaran varian Covid B117 dikatakan lebih cepat menular 70% dibanding dengan virus Covid - 19 dari Wuhan, maka menurut Prof Nidom, vaksin yang ada sekarang diharapkan membentuk antibodi. "Kalau ada pihak yang mengatakan, bahwa vaksin yang ada bisa untuk varian B117, tapi tanpa ada bukti uji netralisasi, maka itu pasti ada tujuan lain," tegas Prof Nidom, Jum'at (5/3/2021). "Dari pada vaksinasi ini sia-sia lebih baik dihentikan dulu, sampai ada bukti bahwa vaksin yang ada ini mampu mengatasi virus covid varian B117," sambungnya. Pihaknya kemudian membandingkan dengan virus Flu yang juga termasuk virus RNA (Ribonucleic Acid). Pasalnya, antibodi virus Flu terus mengalami pembaharuan termutakhir. "Sebagai bandingan saja, virus Flu yang sama-sama termasuk virus RNA, antibodinya setiap tahun harus diganti dengan virus lain, yang sesuai dengan virus terbaru," terang Prof Nidom. Sebelumnya, mutasi virus Corona B117 UK di Indonesia, terkonfirmasi dan ditemukan pertama kali di Karawang, dari pasien yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Temuan itu, didapatkan dari hasil sequencing sampel diantaranya dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta juga dari Jawa Timur. Prof Nidom, yang sekaligus Guru Besar Ilmu Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini mengatakan, bila prosedur tetap (protap) di bandra sudah jelas dan efektif. Bagi warga dari luar negeri, baik WNI maupun WNA, wajib mendapat pemantauan selama lima hari, jika negatif PCR bisa langsung melanjutkan perjalanan. Tetapi jika positif harus melakukan isolasi selama 14 hari. "Jadi sebetulnya tidak boleh ada istilah kebobolan. Tetapi semua tergantung kesadaran warga yang akan masuk ke Indonesia, tanpa kesadaran yang tinggi dari semua pihak, maka bisa sia-sia dalam melakukan pencegahan masuknya virus Covid dari luar negeri," tegas Prof Nidom. Dirinya menyebutkan, jika bandara tidak harus memiliki sequencing dalam proses mengurutkan RNA Virus untuk mengetahui susunan aslinya. Lantaran, mutasi ini bisa dideteksi oleh alat PCR yang saat ini dimiliki oleh laboratorium PCR di Indonesia. "Tetapi yang positif PCR dari luar negeri, apalagi ditambah ada gejals klinis, yang demikian harus disequencing, kalau didalam negeri biasanya dipusat pengujian" tandas Prof Nidom. Sementara itu, Kepala Divisi Manajemen Crisis dan Kesehatan Mental (SMCC) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dr Nur Shanti Retno Pembayun menghimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati, lantaran varian Covid B117 lebih menular 70% dibanding dibanding Covid-19. "Kalau di bilang lebih berbahaya, iya karena lebih menular. Kalau virus ini nanti benar-benar ada di daerah kita, jumlah kasus kemungkinan besar akan meningkat. Begitu pula resiko meninggal dunia," papar dr Shanti, Jum'at (5/3/2021). Pihaknya juga mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan berolahraga, berjemur dibawah terik sinar matahari, serta menjaga jarak minimal 1,5 meter atau menghindari kerumunan. "Pokoknya masyarakat tidak perlu panik, yang terpenting jaga jarak, hindari kerumunan, maskernya boleh dobel masker madis yg ada kawatnya di dalam dan masker kain diluar," pungkas dr Shanti. (mg1)

Sumber: