Anak Perempuanku Berteman dengan si Cantik dari Dunia Lain (1)
Menik-Menik bak Londo, Suka Bawa dan Makan Kuncup Melati
Mentik (4, bukan nama sebenarnya) tampak tertawa terbahak-bahak saat bermain sendirian di halaman rumahnya di Kalitengah, Lamongan. Hal itu terjadi tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. “Saya perhatikan, sepertinya dia berbicara dengan seseorang. Tapi tidak ada siapa-siapa. Awalnya saya ragu untuk tanya. Tapi lama-lama penasaran,” kata ayahnya, sebut saja Hendro, ketika menelepon Memorandum. Setelah terjadi beberapa kali, Hendro pelan-pelan mendekati anaknya. Ternyata Mentik mengaku bicara dengan teman. Namanya sebut saja Nawang, “Anaknya cantik. Kayak Londo. Suka bawa kuncup melati dan memakannya.” “Memakannya?” tanya Memorandum. “Kata Mentik begitu. Setelah mengunyah, Nawang meniupkan napasnya ke hidung Mentik. Saat itulah mereka tertawa-tawa bersama.” “Mas Hendro tidak pernah menemui Nawang?” “Kata Mentik, Nawang tidak mau bertemu orang tua. Mereka jahat,” kata Hendro, yang menambahkan suatu Sabtu sore Nawang pernah minta Menik mengingatkan ayahnya agar malam itu tidak keluar rumah. Hendro mengiyakan, tapi beberapa waktu kemudian dia ditelepon bosnya, diajak meng-entertain tamu dari Jakarta untuk karaokean di Surabaya. Tentu saja Hendro tidak mungkin menolak ajakan tersebut tanpa alasan jelas. Sekitar pukul 18.30 Hendro menjemput atasannya di Jalan Lamongrejo, terus cabut ke arah Surabaya. Sopir tancap gas setelah memasuki pintu tol di kawasan Bunder. Exit Romokalisari terlewati. Demikian juga exit Dupak. Peristiwa tidak terduga terjadi menjelang exit Pasar Turi. Roda depan kiri pecah. Suara sangat keras terdengar berbarengan mobil melaju tak terkendali. Menabrak pagar pembatas, terlempar balik, dan disantap truk dari arah belakang. Mobil bahkan sempat terguling. Tapi ajaib. Tidak ada yang terluka parah, kecuali Hendro. Bosnya dan sopir hanya lecet dan memar di bagian tumit, sementara Hendro tulang kakinya patah karena terjepit kursi. “Padahal kondisi mobil lumayan parah. Moncongnya hancur, demikian pula bagian belakang kanan. Aneh. Bos yang duduk di deretan kursi tengah bahkan terlempar ke deretan belakang kendaraan MVP itu. “Saya harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Tidak hanya patah, ada bagian tulang kaki yang hancur. Di bawah lutut,” tutur Hendro, yang baru menyadari petingatan Menik agar tidak keluar rumah setelah beberapa hari di rumah sakit. Iseng Hendro bertanya kepada Mentik, “Temanmu ngomong apa temanmu itu ketika melarang Papa keluar rumah?” “Temen-ku punya nama. Nawang.” “Iya. Nawang. Nawang ngomong apa?” “Papa berdarah. Jangan ke mana-mana.” “Nawang ngomong gitu?” Mentik tidak menjawab. Dia berlari seperti ada yang menarik lengannya. Hal serupa terjadi beberapa hari kemudian. Saat itu Hendro masih harus menjalani rawat jalan. Mentik mengaku dibisiki Nawang agar memindahkan barang-barang di lantai bawah rumahnya ke loteng. “Akan ada kapal Nabi Nuh lewat,” kata Hendro menirukan ucapan Mentik. (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasihSumber: