WNA Singapura yang Dideportasi Imigrasi Tanjung Perak Bukan Pelatih, Sempat Ngelamar Mekanik

WNA Singapura yang Dideportasi Imigrasi Tanjung Perak Bukan Pelatih, Sempat Ngelamar Mekanik

Surabaya, memorandum.co.id - Pengurus Provinsi Persatuan Bola Basket Seluruh Jawa Timur di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim, angkat bicara terkait ocehan Brian Yee Chun Hoe (32), WNA asal Singapura yang dideportasi oleh Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak, Sabtu (16/1/2021). Brian yang mengaku kedatangannya ke Indonesia karena pacarnya adalah atlet basket putri Indonesia yang akan bertanding di PON (Pekan Olahraga Nasional) XX, ingin membantu latihan tertutup tim basket tersebut. “Dia bukan pelatih. Begini ceritanya, dia itu kena kasus overstay, melebihi izin tinggal. Terus mencoba menutupi dengan bilang sebagai pelatih basket ke imigrasi. Sama imigrasi dikejar lebih lanjut karena dia tidak tahu risikonya ketika warga negara asing (WNA) bekerja di Indonesia yang pasti ada konsekuensi yang dia harus lakukan. Makanya dia dikejar begitu, ketika dimintai komen nggak bisa jawab, wong bukan pelatih,” ujar Johan Christiana, selaku Tim Monitoring dan Evaluasi PON XX, Senin (18/1/2021). Lanjut Johan, sebagai organisasi cabang olahraga basket yang manaungi Jatim dan tim PON XX sangat terpukul dengan pengakuan Brian Yee dalam pemberitaan tersebut. “Karena itu kami langsung ditanya pengurus Jatim dan pengurus pusat basket di Indonesia kok bisa begini. Makanya kami klarifikasi demikian,” sahut Johan. Johan tidak memungkiri jika yang bersangkutan mengajukan permohonan mengikuti Puslatda New Normal (PNN) pada 26 Oktober 2020 kepada Ketua Umum KONI Provinsi Jawa Timur sebagai mekanik pada cabor bola bakset seperti yang ditulis dalam surat pengajuannya. “Dia memang mengajukan surat tapi ditolak. Karena KONI tahu WNA asing tidak bisa bekerja dengan model begini. Harus mengurus surat izin bekerja, karena visanya kan visa kunjungan,” bebernya. Ia mengaku, bahwa pengprov bola basket maupun KONI merasa tertipu oleh pacar pemain basketnya jika di belakangnya ada persoalan overstay. “Kita semua tertipunya di situ. Dia tidak pernah bilang ke kita kalau overstay mulai 5 Oktober. Sementara pengajuan kami di bulan November. Harusnya dia juga bilang ke kami kalau overstay. Dan dia mengajukan dirinya bukan sebagai pelatih, sukarelawan mekanik. Mekanik itu orang yang bantu tim merekam pertandingan, angkut-angkut air atau angkut bola begitu. Dia ngelamar itu (mekanik, red), karena dia tahu betul kalau ngelamar pelatih pasti kami tolak,” jlentrehnya. Disinggung apakah tidak ada kecurigaan terhadap Brian Yee karena seorang WNA yang tidak bisa seenaknya datang ke Indonesia apalagi di masa pandemi Covid-19 untuk segera melaporkan ke imigrasi, Johan mengaku tidak curiga. “Tidak, kita tidak curiga. Dari pihak KONI dan cabor, karena kami pikir fine-fine saja masalah overstay. Karena kami tidak tahu itu. Ketika dia punya masalah, wah ini dia membalikan semuanya. Saya berbaik hati dengan dia, karena dia punya hubungan kekasih dengan pemain saya. Kenapa dia meninggalkan seperti ini ketika dideportasi,” pungkasnya. Sementara itu, Kasi Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Intedakim) Kantor Imigrasi Tanjung Perak, Washington Saut D Napitulu mengatakan, pihaknya baru akan melakukan klarifikasi dengan pihak KONI maupun Pengprov Bola Basket Jatim minggu depan. “Kita baru mau manggil hari Senin depan dari mereka, untuk mengklarifikasi pengakuan Brian,” ujar Washington. (mik/fer)

Sumber: