Kumpulkan Perguruan Silat, Kapolres Tulungagung Singgung Adab Welas Nabi Muhammad SAW
![Kumpulkan Perguruan Silat, Kapolres Tulungagung Singgung Adab Welas Nabi Muhammad SAW](https://memorandum.disway.id/assets/default.png)
Tulungagung, memorandum.co.id - Forkopimda Tulungagung menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan Paguyuban Pencak Silat se-Kabupaten Tulungagung, di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Selasa (5/1/2021). Rakor dilakukan untuk memastikan kondusifitas Kabupaten Tulungagung di masa pandemi, sehingga tidak terjadi kerumunan yang melanggar protokol kesehatan (prokes), maupun kejadian lain yang mengganggu keamanan dan ketertiban. Hadir dalam rakor, Kapolres Tulungagung AKBP Handono Subiakto, Dandim 0807 Tulungagung Letkol Inf Mulyo Junaidi, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, perwakilan dari Kejaksaan Negeri Tulungagung, dan Pengadilan Negeri Tulungagung. Di hadapan peserta rakor, Handono menyinggung adab welas asih yang ditauladankan Nabi Muhammad SAW, yang bisa dijadikan acuan dalam menghadapi masalah, terutama yang menjadi pemicu keributan melibatkan oknum perguruan pencak silat. “Mohon dikoreksi kalau saya salah, dalam salah satu momen, Nabi Muhammad SAW pernah melarang sahabatnya memarahi anak kecil yang tidak sengaja pipis di pakaian beliau. Kemudian beliau berpesan agar anak kecil itu tidak dimarahi karena bau dan zat kencing itu bisa dihilangkan dengan dicuci. Namun sakit hati karena anak yang dimarahi itu bisa menjadi dendam,” tuturnya. Handono menjelaskan, pihaknya bakal memanfaatkan peran bhabinkamtibmas dan babinsa untuk memberikan wawasan kebangsaan kepada calon pendekar. Sehingga anak-anak muda yang akan menjadi anggota maupun sudah menjadi anggota ini mengenal sejarah kebangsaan secara umum. Tidak hanya mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang jurus-jurus silat saja. “Bhabinkamtibmas akan kita perintahkan agar bersinergi dengan babinsa, untuk memberikan pengetahuan kebangsaan kepada calon pendekar, agar mereka tahu kemerdekaan bangsa ini didapat oleh persatuan semua warga,” ujarnya. Harapannya, dengan mengetahui sejarah kebangsaan, mereka bisa menghargai perbedaan dan bisa menjalin kerjasama seperti yang dicontohkan oleh pendahulu bangsa. “Jangan hanya mereka mendapatkan update tambahan ilmu dan jurus-jurus saja, melainkan juga pemahaman kebangsaan,” jelas mantan penyidik KPK itu. Handono mengakui, salah satu penyebab adanya keributan dikarenakan berdirinya tugu pencak silat. Oleh sebab itu pihaknya meminta agar tidak ada penambahan lagi tugu pencak silat. Kalaupun ada aksi pencoretan lagi, pihaknya meminta agar dilakukan pengecatan ulang bersama-sama. Bahkan, pihaknya menawarkan diri untuk melakukan itu sebagai wujud guyub rukun di Tulungagung. “Kita siap melakukan itu. Jadi jangan dibalas dengan tindakan anarkis, namun dengan menunjukkan guyub rukun di Tulungagung,” pungkas Handono. (fir/mad/fer)
Sumber: