Harga Kedelai Naik, Produsen Makanan Olahan di Jombang Terancam Gulung Tikar

Harga Kedelai Naik, Produsen Makanan Olahan di Jombang Terancam Gulung Tikar

Jombang, memorandum.co.id - Di awal tahun 2021 ini, harga kedelai naik drastis. Dari semula yang harganya Rp 6500 per kilogramnya, kini menjadi Rp 9500 per kilogram. Tentunya, kenaikan tersebut berimbas pada produksi makanan olahan. Salah satunya adalah produksi makanan keripik tempe. Di masa pandemi Covid-19 yang belum tahu juntrungnya kapan usai, membuat produsen makanan olahan keripik tempe tak dapat berkutik dan terancam gulung tikar. Para produsen makanan olahan kedelai terpaksa harus memutar otak agar usahanya terus berjalan. Salah satu produsen keripik tempe, Imam Khalimi (50), warga Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang mengatakan, dengan naiknya harga kedelai, ia harus memutar otak agar produksinya terus berajalan. "Solusinya ya ukurannya saya agak perkecil. Kalau tidak seperti itu tidak akan mendapat untung. Sedangkan harganya sendiri biasanya saya menjual Rp 10 ribu per bungkus. Tapi sekarang saya jual Rp 12 ribu," katanya, Selasa (05/1/2021). Menurut keterangan Imam, harga kedelai naik sudah ada sekitar satu bulan ini. Dan selama menjadi produsen kripik tempe selama 20 tahun, kenaikan harga kedelai sekarang yang paling dirasakan dirinya. ”Kenaikan sekarang ini yang paling parah. Biasanya naik Rp 8000 itu saya sudah sangat terasa berat. Lha sekarang ini malah Rp 9500. Sehingga saya harus mengurangi jumlah produksi," terangnya. Imam menjelaskan, biasanya sebelum harga kedelai naik, setiap hari produksi menggunakan kedelai sebanyak 50 kilogram. Tapi saat ini, ia kurangi menjadi 20 kilogram. Dengan harga keripik tempe yang ikut naik, berimbas pada penjualan. "Jadi kita produksi pada waktu ada pesanan, karena wisata juga banyak yang tutup. Biasanya saya juga mengirim keripik tempe ke Jepang juga. Tapi karena harga keripik tempe naik, saya tidak lagi mengirim ke sana," jelasnya. Untuk saat ini, papar Imam, dirinya hanya memproduksi pesanan dari Kabupaten Pasuruan yang masih aktif mengambil keripik tempenya, sedangkan sisanya di pasar lokal. Ia berharap, harga kedelai bisa normal kembali seperti biasanya. ”Ya kalau terus seperti ini pastinya gulung tikar mas. Apalagi daya beli masyarakat juga rendah karena imbas dari Covid-19,” pungkasnya. (yus)

Sumber: