Tutup Tahun 2020, UB Kukuhkan Dua Profesor
Malang, memorandum.co.id - Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua profesor baru, Selasa (29/12/2020). Keduanya yaitu Prof Dr Drs Kusdi DEA dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan Prof Dr Ir As’ad Munawir MT dari Fakultas Teknik (FT). As’ad Munawir dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Geoteknik di FT. Sementara Kusdi sebagai profesor dalam bidang Ilmu Organisasi dan Sumber Daya Manusia di FIA. Dalam orasinya, Profesor As’ad Munawir menyampaikan tentang " Mitigasi Bencana Longsor Menggunakan Bahan Bambu Untuk Tiang Komposit Sebagai Solusi Inovatif Perkuatan Lereng". "Penggunaan bahan bambu ini, sebagai kearifan lokal," terang As'ad. Menurutnya, peristiwa longsor disebabkan karena karena dua faktor. Yakni faktor alam dan manusia. Saat ini, manusia banyak membuat hunian di daerah kritis, seperti di lereng. Padahal rawan longsor. "Salah satu solusi agar tidak longsor, dengan improvisasi tiang-tiang sedemikian rupa dengan komposisi bambu," terangnya. Ia menambahkan, menanggulangi permasalahan yang timbul pada lereng, metode mitigasi dapat diterapkan untuk mencegah dan menghindari bencana tanah longsor. Salah satunya, dengan penggunaan bahan perkuatan geosintetik. Pemilihan metode juga tergantung permasalahan yang dihadapi, penyebab kelongsoran, serta kondisi dan ketersediaan material. "Metode alternatif yang inovatif yang dikembangkan akhir-akhir ini, dengan memancangkan tiang komposit, dengan tulangan bambu pada puncak lereng," lanjutnya. Sementara itu, Kusdi menjelaskan tentang Rancangan Organisasi Sarang Laba-Laba dan Sumber Daya Manusia Untuk Industri 4.0". Menurutnya, perusahaan inti berkolaborasi dengan banyak mitra. Jika digambarkan itu seperti sarang laba-laba. Perubahan struktur organisasi, terutama di industry hospitality atau jasa. Berdampak pada struktur organisasi SDM di perusahaan inti. Tidak lagi memerlukan banyak orang. "Sebab semua banyak dikerjakan mitra.Perusahaan mitralah yang menyediakan barang-barang yang diinginkan konsumen dengan cepat," terangnya. Di industri pabrikan juga terjadi pergeseran. Hanya butuh sebagai operator, karena tuntutan teknologi. Karyawan harus memiliki keterampilan pada teknologi. "Dalam kondisi pandemi Covid-19, perusahaan konvensional dituntut melakukan transformasi. Agar usahanya tetap berjalan dengan bantuan teknologi informasi," lanjutnya. Peran perguruan tinggi, membekali mahasiswa yang bisa mendukung transformasi. Diperlukan SDM terampil, untuk memenuhi kebutuhan di era industri 4.0. "Contohnya saja mahasiswa di Fikom UB harus disiapkan SDM-nya. Sebagai operator perusahaan yang ingin mengimplementasikan industri 4.0," katanya. Kelak bukan sebagai karyawan namun sebagai mitra penyedia jasa. Dalam pengembangan usahan, pasti membutuhkan software-software dari perusahaan mitra. (edr/fer)
Sumber: