Dikawin Siri, Dikontrakkan Rumah, Hamil pada Bulan Ketiga

Dikawin Siri, Dikontrakkan Rumah, Hamil pada Bulan Ketiga

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Ani baru menyadari keberadaannya ketika matahari sudah merangkak naik. Dia melihat raja cahaya itu dari jendela kamar yang kordennya sedikit terkuak. Gadis ini pun menunduk. Mak-deg! Tubuh polosnya spontan menyadarkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Sejak itu Ani tidak pernah berjumpa lagi dengan Darmi. Entah ke mana perginya. Yang jelas, Ani dipaksa menjadi penghuni tetap kafe dan harus melayani para tamu. Setiap gerak-geriknya diawasi, sehingga tidak ada kesempatan untuk kabur. “Beberapa kali aku berusaha, tapi selalu gagal. Akibatnya aku disiksa atau dipaksa melayani para preman penjaga kafe. Mereka sangar-sangar. Sudah baunya nggak karuan, sikap dan tindakannya kasar.” Sekitar lima tahun lebih Ani menjadi primadona kafe tempatnya bekerja. Sebutan yang seharusnya membanggakan, namun justru menyakitkan bagi Ani. Sebab, dengan sebutan itu, Ani harus melayani lebih banyak tamu dibandingkan teman-temannya yang lain. Beruntung suatu saat Ani mendapat tamu istimewa: seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menulis skripsi soal dunia prostitusi terselubung di Surabaya. Di sela penggalian data, mahasiswa yang menyamar sebagai tamu tadi sempat dikeluhi Ani. Mahasiswa yang juga wartawan tersebut lantas menuliskan kisah Ani di korannya. Tentu saja dengan menyamarkan identitas Ani. Demi keselamatannya. “Suatu hari dia datang lagi bersama lelaki paruh baya. Dia lantas meninggalkan kami berdua,” kata Ani. Ternyata lelaki tersebut adalah pembaca setia koran sang mahasiswa dan tertarik terhadap kisah Ani. Lelaki tersebut, sebut saja Triawan, ingin mengentas Ani tapi dengan beberapa syarat. Pertama, Ani harus mau menjadi istri simpanan Wawan, sapaan Nova Triawan. Kedua, Ani harus sanggup memberikan keturunan. Bila dalam tempo selama-lamanya enam bulan, Ani belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan, kesepakatan gagal. Ani diberi kebebasan pergi. Terserah ke mana. Anggap ini sebagai bonus upaya pembebasan Ani dari kungkungan lingkaran setan prostitusi. Bila Ani bisa memberikan keturunan, anak hasil kehamilan Ani akan diberikan kepada Wawan dan istri sahnya. Setelah itu Ani diberi kebebasan pergi dengan sejumlah uang saku. Tanpa pikir panjang Ani menerima tawaran tersebut. Hari itu juga perempuan yang kecantikannya setara dengan Jesika Iskandar ini langsung diboyong keluar. Entah ditebus berapa dari muncikarinya. Ani dikontrakkan di sebuah rumah kawasan Benowo. Beberapa hari kemudian Ani dinikahi siri oleh Wawan. Tidak ada perayaan. Hanya ada tumpengan yang dihadiri istri sah Wawan, ketua RT dan RW, serta beberapa tetangga. “Aku sangat menikmati kebebasan itu. Walau begitu, aku tidak berani pulang dan sambang orang tua di desa,” kata Ani, yang mengaku kehidupannya sekeluar dari kafe sangat terjamin. Ani kembali melakoni kebiasaan yang dijalaninya di desa. Ibadah yang sempat tercecer-cecer kembali dijalaninya dengan khusyuk dan istikomah. Setiap selesai salat Subuh dan Magrib Ani melantunkan ayat-ayat suci. Memasuki bulan ketiga pernikahannya vs Wawan, Ani merasakan perubahan pada tubuhnya. Ani berhenti menstruasi. ”Aku langsung ke puskesmas memeriksakan diri. Ternyata positif hamil,” kata Ani. (bersambung)  

Sumber: