Didatangi Musafir Khataman Alquran
Di Ramadan kali ini, makam Sunan Boto Putih tidak pernah sepi dari peziarah. Mereka memanfaatkan di bulan suci ini untuk khataman Alquran hingga berbuka puasa bersama. Ustad Hanafi, imam langgar dan salah satu pengurus di makam Sunan Boto Putih mengungkapkan, di Ramadan tidak ada yang istimewa. Tetapi banyak didatangi musafir dari berbagai daerah, seperti dari Probolinggo, Jogjakarta dan Magelang. “Jumlahnya memang tidak banyak. Tapi selalu ada saja kegiatan yang mereka lakukan. Setelah buka puasa para musafir jalan-jalan, tidah tahu ke mana,” ungkap Hanafi. Di Langgar Sentong Boto Putih, pada Ramadan memang selalu mengadakan buka puasa bersama warga sekitar. Setelah berbuka puasa, peziarah bersama keluarganya semakin banyak yang datang hanya untuk sekadar berdoa di makam. Bila sudah ramai peziarah, Hanafi sibuk mengantarnya berkeliling dari makam satu ke makam lainnya dan menjelaskan sejarah dan nama-nama makam. Semisal makam Sultan Banten Maulana Muhammad Sofiyudin, makam Ongko Joyo, dan makam Ongko Wongso. "Selain berdoa juga melakukan tabur bunga dan berdoa di makam-makam tua, sebagian besar merupakan orang-orang berpengaruh," ujar Hanafi. Roni, Musafir asal Jogjakarta, mengaku sudah berada di makam Boto putih sejak hari pertama puasa. Selama di makam, ia mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh pengurus langgar dan makam. Begitu juga yang dilakukan Nurjazim, Musafir asal Muntilan, juga sudah tinggal di makam Boto Putih selama tiga tahun. Aktivitas yang dilakukan bukan hanya mengikuti kegiatan di langgar, tetapi juga membersihkan makam dan menyiapkan buka puasa selama Ramadan. "Saya setiap hari Kamis, Nurjazim juga rutin mengikuti khataman Al-quran dan rutin dilakukan di dalam makam. Pesertanya juga banyak yang datang dari luar kota," pungkas Nurjazim. Hanafi menjelaskan, Sunan Boto Putih atau dikenal dengan sebutan Kiai Ajeng Brondong sendiri juga memiliki peran besar menyebarkan agama Islam pada abad ke-15. Ia pun juga diberi gelar sebagai Kiai Ajeng Brondong. Yang diperolehnya usai melakukan larung di laut lepas. Tubuhnya yang dipenuhi dengan biota laut sehingga mirip brondong sehingga diberikan julukan kepada Sunan Boto Putih. Beliau berdakwah dengan menyebarkan agama Islam secara konvensional dan mengena ke warga Surabaya. Banyak warga yang akhirnya masuk Islam. Bahkan, yang semula hanya dangkal mendalami Islam menjadi lebih dalam. Beliau wafat di tahun 1638, lalu dimakamkan di Boto Putih. (rio/nov)
Sumber: