Pusterad dan Media Massa Perpaduan yang Kuat

Pusterad dan Media Massa Perpaduan yang Kuat

Jawa Barat, memorandum.co.id - Dalam sarasehan yang digelar Pusat Teritorial TNI AD (Pusterad) dengan media massa se-Indonesia di sebuah hotel di wilayah Bekasi menghadirkan tiga narasumber, Rabu (18/11). Dengan adanya sarasehan ini diharapkan para jernalis bisa menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga stabilitas nasional tetap terjaga. Kali pertama, sebagai narasumber yakni Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Widodo Muktiyo. Di hadapan peserta menjelaskan bila hasil pertemuan ini diharapkan dapat memompa penyebaran informasi dengan kolaborasi yang baik antara TNI AD dan media massa. "Media massa merupakan pilar keempat dalam demokrasi sehingga perannya sangat penting dalam memajukan kehidupan bangsa dalam segala aspek. Dan ini perpaduan yang kuat," ujar Widodo. Begitu juga dengan teknologi yang mengalami kemajuan pesat di mana membuat informasi tersebut mudah disebarkan. Meski diakui Widodo bila di beberapa daerah di Indonesia belum maksimal. "Ada beberapa daerah yang belum terjangkau maksimal dalam era digital ini namun pemerintah akan berupaya agar penyebaran teknologi ini menyebar rata," lanjut Widodo. Ketua Dewan Pers M Nuh dalam sarasehan ini menjelaskan bila peran jurnalistik dalam menggali informasi untuk disajikan kepada masyarakat hurus aktual, faktual, dan berimbang. Yang tidak kalah penting yakni menguasi bahasa sehingga tidak terjadi miss komunikasi. "Bahasa yang digunakan menunjukkan derajat orang tersebut. Jangan sampai dampak dari berita tersebut tidak membuat masyarakat semakin pintar," kata M Nuh. Untuk itulah dalam dunia pers perlu dilakukan uji kopetensi wartawan, sehingga dari hasil tersebut bisa melahirkan para jurnalistik yang handal dan beretika. Pernyataan M Nuh tersebut diperkuat oleh pakar jurnalistik dari Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad Abi Besma menjelaskan, bila dalam wartawan yang menyajikan berita harus bisa dipertanggungjawabkan, dan itulah yang membedakan dengan media sosial. "Berita adalah informasi yang terkonfirmasi, sehingga jangan sekadar katanya-katanya. Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan," kata Abi. Masih menurut Abi bila dulu untuk mendapatkan informasi sangatlah sulit, namun untuk zaman sekarang seorang jurnalis harus pandai menyaring informasi, sebab begitu mudah sumber informasi tersebut bermunculan. "Kini ketika kita menerima informasi, filternya ada di kepala kita, sehingga media massa harus bisa menjadi dokter yang bagus. Sehingga ketika masyarakat mendapat informasi dari media sosial mereka bisa melakukan cek di media massa bila tidak ada berita tersebut berarti kemungkinan besar hoax," tegas Abi.(tyo/udi)

Sumber: