Pesan Kematian yang Menyentuh

Pesan Kematian yang Menyentuh

‘’Alhamdulillah, awake dewe isih sehat sakabehe walau juga ada kekurangannya, karena sudah dikurangi oleh Yang Maha Kuasa. Lha yen wis koyo ngene, sing dipamerke opo hayo,’’ kata teman saya di seduluran konco lawas (Cowas JP) mengomentari kiriman teman lainnya tentang perancang top dunia yang meninggal dunia di usia 40 tahunnya karena kanker stadium empat. Dia mensyukuri nikmat sehatnya sekarang ini meski bagian kakinya ada yang sudah diamputasi karena diabetes yang pernah menyerangnya. Kini dia sangat sehat karena disiplin berolah raga dan pola makannya. Namanya Kirsida Rodriguez. Tak hanya perancang, juga blogger. Followernya hampir sejuta. Foto-foto cantiknya saat mengenakan baju-baju rancangannya, ia bandingkan dengan saat-saat dia harus melakukan kemoterapi yang kemudian dia hentikannya. Badannya habis. Tinggal tulang dan kulit. ‘’Kemo tidak membantuku, saya hentikan. Saya lewati hari-hari terakhir dengan kegembiraaan bukan penderitaaan,’’ katanya. Persis seperti yang disyukuri kawan saya. Itu yang dia inginkan di postingan terakhirnya. ‘’Jangan sedih tidak punya apa-apa. Nikmati apa yang ada. Syukurilah selagi sempat,’’ katanya. ‘’Saya punya segala-galanya. Tapi, segala-galanya tak bisa membantu saya,’’ katanya. Inilah postingannya: 1. Saya kemana-mana bisa pakai jet pribadi, kini hanya bisa pergi dari lorong ke lorong rumah sakit. 2. Meski bisa beli makanan apa pun yang aku mau di dunia ini, kini makananku hanya dua pil dan beberapa tets air garam pada malam hari. 3. Rumahku seperti istana, kini tempat tidurku hanya dua bed dobel seperti ini. 4. Saya punya mobil supermewah. Tapi itu parkir di garasi. Sehari-hari saya gunakan kursi roda. 5. Setiap kali event, saya dimintai begitu banyak tanda tangan. Kini, hanya dokter yang memerlukan. 6. Saya punya tujuh ahli kecantikan untuk mengatur rambutku, kini sehelai pun, aku tak punya. ‘’Karena itu, tak usah sedih dan merasa bersalah Anda tak punya segalanya. Syukuri yang Anda miliki. Berbahagialah dengan apa yang ada,’’ katanya. Hiduplah dengan cinta dan kasih sayang. Seperti Steve Jobs, dia mengakhirinya tentang makna kematian. There is no truth more than death. Tak ada kebenaran, lebih dari kematian. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: