ITS Rancang Filter Air dari Tempurung Kelapa
Surabaya, memorandum.co.id - Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Ketersediaan air bersih di berbagai daerah juga masih memprihatinkan. Salah satu alasan sulitnya pemenuhan air bersih karena pencemaran. Hal tersebut menggugah Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah teknologi berupa filter air yang berbahan dasar tempurung kelapa untuk mengatasi masalah pencemaran air tersebut. Desa Sumberwudi, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan menjadi lokasi penelitian untuk program ini. Didapati masyarakatnya terkena dampak pencemaran air dan kesulitan proses filterisasi air. Padahal, sumur di sana menjadi tumpuan utama warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Saat tiba musim kemarau, air sumur berubah menjadi payau, dan membuat masyarakat memanfaatkan aliran air dari sungai bengawan solo. Penggagas program Abmas ini, Linda Silvia MSi, Dosen Departemen Fisika ITS mengatakan, banyaknya endapan lumpur yang terbawa aliran sungai membuat masyarakat harus menyaring air terlebih dahulu. Tidak hanya itu, limbah pabrik dan limbah rumah tangga yang sengaja dibuang di sepanjang aliran sungai menambah rentetan permasalahan krisis air bersih. "Masyarakat masih menggunakan sistem endapan sederhana, yang butuh waktu lama sampai lumpur benar-benar mengendap," papar Linda. Alumnus Departemen Fisika ITS tersebut berinisiatif membuat filter air yang lebih efektif serta efisien dengan memanfaatkan tempurung kelapa sebagai bahan dasar. "Tempurung kelapa harganya murah dan ketersediaannya melimpah," lanjutnya. Bersama dengan empat dosen lain, yakni Prof Dr Darminto MSc, Prof Agus Purwanto DSc, Dr Mochamad Zainuri MSc, dan Fahmi Astuti MSi PhD, mereka merancang filter air dengan sistem back wash, agar filter dapat digunakan untuk mencuci media filternya sendiri. Media filter air yang digunakan terdiri dari kerikil, pasir silika, zeolit, serta karbon aktif dari tempurung kelapa. Filter tersebut dilengkapi dengan tandon air bersih, pipa, serta media filter tambahan. Untuk menjaga kualitas air hasil penyaringan, seperangkat water quality tester juga disertakan dalam paket filter air hasil kolaborasi dosen dan sembilan mahasiswa Departemen Fisika ITS yang mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dosen yang aktif berkegiatan di laboratorium Material Maju Departemen Fisika itu juga memberikan gambaran lengkap terkait kualitas air yang dinilai berdasar jumlah zat padat terlarut atau total dissolved solid (TDS) dalam air, tingkat keasaman atau pH air, kandungan garam atau salinitas, daya hantar listrik atau elektro-konduktivitas, serta temperatur air. “Semuanya didapat dari hasil uji dengan water quality tester, yang pengujiannya akan dilakukan secara berkala," bebernya. Dua unit filter ditempatkan di dua tempat yang berbeda, filter tunggal ditempatkan di salah satu mushola di Desa Sumberwudi, dan filter air ganda di SMPN 1 Karanggeneng. Dengan adanya filter air ini, Linda dan tim berharap dapat menjadi percontohan untuk warga supaya bisa membuat filter air yang lebih efektif secara mandiri. (x1)
Sumber: