Resonansi Asmara SPG Syantik, Lemah Lembut, dan Seksi (4)

Resonansi Asmara SPG Syantik, Lemah Lembut, dan Seksi (4)

Kaget Diberi Tahu Kehamilan Istri Melewati Bulan Kesembilan

Lima bulan berlalu, rumah tangga Arifin-Wulan berjalan mulus. Tidak pernah sekali pun terjadi prahara. Hingga suatu malam sepulang dari tugas dinas dua minggu di Korea, tiba-tiba Arifin dipeluk erat Wulan. Dia membisikkan kata-kata lembut, “Mas, aku hamil.” Arifin senang bercampur terkejut. Senang karena tidak lama lagi dia bakal menjadi seorang ayah, namun terkejut karena tak menyangka prosesnya secepat itu. Tapi, keragu-raguan Arifin segera terjawab. Beberapa orang tua mengatakan hal itu sangat wajar. Istilah Jawanya mapag. Bila persemaian dilakukan sebelum haid, pas masa subur, kehamilan amat mungkin terjadi. Nah, mungkin itulah yang terjadi pada Wulan. Kesibukannya yang padat tak memberi kesempatan sejenak pun bagi Arifin untuk menemani sang istri kontrol ke dokter. Dia hanya minta laporan dari Wulan apa saja nasihat dokter dan apa saja yang harus dihindari. Segala permintaan Wulan selalu dituruti, apalagi bila permintaan itu disertai alasan ngidam atau keinginan sang baby. Wulan diperlakukan bagai seorang ratu. Tidak boleh bekerja keras, harus banyak istrahat dan mengonsumsi buah, tidak boleh telat minum vitamin, dll. Wulan juga diikutkan senam ibu hamil. Tapi karena penasaran ingin tahu bagaimana perkembangan bayinya di rahim sang istri, Arifin sengaja menyisihkan waktu untuk menemani Wulan kontrol ke dokter. Suatu sore mereka berangkat berdua ke tempat praktik dokter di rumah sakit ternama di kawasan Waru. Dengan telaten keduanya menunggu panggilan dokter, karena pasien yang antre sangat banyak. Sambil merengkuh mesra pundak istrinya, Arifin berkata, “Yayang sudah mempersiapkan selamatan mitoni jabang bayi kita,” bisiknya lirih. Karena baru kali ini bertemu dokter, Wulan memperkenalkan suaminya. Dokter pun menyalami Arifin dengan jabat erat, “Selamat ya, Pak. Kandungan Bu Wulan sudah melewati bulan kesembilan. Sebentar lagi Bapak menjadi seorang ayah. Selamat.” Kehamilan Wulan sudah melewati bulan kesembilan? Bukankah baru satu setengah bulan yang lalu Wulan memberitahukan kehamilannya? Waktu itu usia perkawian mereka masuk bulan kelima. Artinya, mereka baru menikah enam setengah bulan yang lalu. “Kalau begitu, dengan siapa dia…?” batin Arifin sambil melirik Wulan. Dia tidak kuasa melanjutkan pertanyaan batinnya. Dia terus melirik Wulan yang terus menunduk. Dari tempak praktik dokter hingga sampai rumah, Wulan tidak berani mengangkat wajah. Dia juga diamseribu bahasa. Arifin sekuat tenaga menjaga emosinya agar jangan sampai meledak di perjalanan. Apalagi kala menyetir mobil. Ungkapan dokter yang menyatakan kehamilan Wulan sudah melewat bulan kesembilan benar-benar menampar hatinya. Luka. Perih. Wulan yang dianggap Arifin sebagai pilihan terbaik ternyata…. Lagi-lagi Arifin tidak kuasa melanjutkan apa yang dia pikirkan. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: