Resonansi Asmara SPG Syantik, Lemah Lembut, dan Seksi (2)

Resonansi Asmara SPG Syantik, Lemah Lembut, dan Seksi (2)

Malam Pertama Ditunda karena Nenek Wulan Meninggal Mendadak

Pipinya nyaris tercium Arifin, Wulan ngambek. Dia yakin Arifin memang sengaja hendak melakukan perbuatan tidak sopan tersebut. Diam-diam Wulan pulang naik taksi tanpa pamit. Ngacir begitu saja. Kengambekan Wulan tidak hanya hari itu. Pada hari-hari selanjutnya dia bahkan tidak mau dihubungi, apalagi ditemui. Arifin klepek’an. Menyesal telah mencoba macem-macem. Lebih dari sebulan Arifin baru bisa mendapatkan maaf dari Wulan. Itu pun harus melalui jalan yang berliku. “Aku jadi tambah yakin untuk semakin dekat dengan dia,” katanya kepada Wahyudi. Seiring perjalanan waktu, hubungan mereka bertambah dekat. Namun, sejauh ini Arifin belum pernah bertemu orang tua Wulan. Sebaliknya, Wulan juga belum pernah diperkenalkan ke orang tua Arifin. “Mengapa tidak kau perkenalkan segera?” tanya Wahyudi. Arifin tidak segera menjawab. Ia memandangi mata sahabat anyarnya. Keponakan Memorandum memang baru pindah kerja dari Semarang, “Sebelumnya aku ingin memastikan dulu dia mau berhenti kerja. Aku tidak ingin istriku nantinya tidak fokus mengurus rumah tangga,” kata Arifin. Arifin yakin penghasilannya bekerja di perusahaan pelat merah sudah lebih dari cukup untuk keluarga kecilnya dengan Wulan. Faktanya, perantauan dari Aceh yang menetap di Surabaya sejak 2013 ini menolak permintaan Arifin untuk berhenti kerja. Sebab, kedua orang tuanya sudah tiada, sementara dia harus menghidupi dua adiknya yang masih kuliah. Arifin sempat kecewa. Dia lantas menegaskan bahwa dengan menikah, otomatis tanggung jawab membiayai adik-adik Wulan beralih menjadi tanggung jawab Arifin. Wulan bersikukuh tidak mau. Dia bersedia berhenti kerja paling tidak setelah kedua adiknya lulus kuliah. Terjadi perdebatan. Sama-sama ngotot. “Akhirnya dia mau berhenti kerja asal kami segera menikah,” kata Arifin. Sebagai wujud keseriusan, Arifin mengiyakan permintaan Wulan. Saran teman-teman yang menyuruh pemuda ini melihat lebih jauh latar belakang Wulan tak dihiraukan. Setelah proses lamaran, pernikahan pun dilangsungkan di rumah om Wulan di kawasan Perak. Dia seorang tokoh masyarakat sekaligus tokoh agama. Fakta ini menambah kuat keyakinan Arifin. Tapi, malam pertama yang seharusnya dilakukan pascaresepsi terpaksa harus tertunda. Nenek Wulan meninggal mendadak di lokasi pernikahan. Penundaan kedua harus mereka terima karena sepulang dari pemakaman almarhumah sang nenek, Arifin dihubungi bosnya. Dia diharuskan mewakili sang bos untuk memenuhi undangan kerja sama bisnis di  Korea. Sebab, tidak ada yang mampu berbahasa Korea selain dirinya dan si bos yang kini sedang terbaring di rumah sakit. Sepulang dari Korea, baru Arifin bisa “pecah durian”. Tapi, fakta apa yang terjadi di ranjang pengantin? (bersambung)     Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: