Sehat Telat
Oleh: Ali Murtadlo So many people spend their health gaining wealth, And they have to spend their wealth to regain their health Begitu banyak orang yang mengorbankan kesehatannya demi kekayaan, Lalu mengorbankan kekayaannya untuk memperoleh kembali kesehatannya lagi (A.J. Reb Materi) Alangkah hebatnya dia. Makanannya selalu bersayur. Sebelumnya diawali dengan buah. Tiap hari olah raga. Juga rajin berjemur. Tak mau makan gorengan lagi. Makanannya serba dikukus. Ngemilnya polopendem. Minumnya air putih hangat. Tidak merokok lagi. Tidurnya selalu tujuh jam. Luar biasa. Tapi, ada sayangnya. Satu saja: telat. Mengapa? Setelah kena stroke. Itu perintah ahli gizinya. Dia harus menaati itu jika ingin cepat pulih seratus persen. Sekarang sudah bisa jalan. Bicaranya pun sudah mulai jelas. Tidak cedal lagi. Telat sadar, telat sehat. Setelah telanjur dirawat di rumah sakit. Setelah telanjur kolesterol tinggi. Setelah telanjur gula darahnya mencapai 400. Setelah telanjur ginjalnya tak berfungsi. Setelah beratnya sekuintal. Setelah harus rutin kemoterapi. Tapi, lebih baik telat dari pada tidak sama sekali. Selalu ada keajaiban setelah berikhtiar keras. Ginjal bersih lagi, CA hilang sama sekali, asam urat di bawah tujuh. Berat badan sesuai BMI. Kolesterol normal lagi. Paru-paru bersih lagi. Perut tak pernah rewel lagi. Mengapa baru sadar sehat setelah terkena sakit? Mengapa baru termotivasi olah raga setelah diwajibkan oleh dokter. Mengapa baru makan sayur dan buah setelah diharuskan ahli gizi? Alangkah hebatnya jika great habit tentang hidup sehat itu sudah kita lakukan meski kita masih belum jatuh sakit. Meski masih belum ketemu dokter. Meski harus mengeluarkan sedikit biaya untuk nge-gym, untuk beli sayur dan buah, untuk beli sepeda, untuk pakai sepatu olah raga yang sesuai. Memang perlu uang untuk sehat. Tapi, pasti jauh lebih murah katimbang meraih sehat lagi setelah jatuh sakit dan berlangganan ke runah sakit. Mari berikhtiar sehat sebelum sakit. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: