Ketika Lelaki Terhormat Terjerat Cinta Nafsu Pemandu Lagu (5-habis)

Ketika Lelaki Terhormat Terjerat Cinta Nafsu Pemandu Lagu (5-habis)

Pak RT Menyaksikan Hendardi Menindih Engkom di Atas Sofa

Hendardi kalap. Disergapnya Engkom. Perempuan berusia sekitar 35-an itu tidak menduga dan sempat mengelak. Tidak bisa berkutik ketika ditarik paksa ke dalam pelukan Hendardi. Celaka bagi lelaki pemilik tato bergambar mawar merah tersebut. Saat dia sedang berusaha menjinakkan Engkom, anak perempuan Udin yang masih duduk di kelas tiga SMP memergoki kejadian tersebut. Dia hendak menjerit tapi tertahan. Sebelum kedatangannya disadari Hendardi, dia balik kucing berlari ke rumah Pak RT. Beberapa saat kemudian, bersama sekitar 10 bapak-bapak, Pak RT menuju rumah Udin. Ternyata pintu pagar masih terbuka. Demikian juga pintu utama ruang tamu. Tanpa kesulitan Pak RT dan warga-warga tadi masuk. Dan walah-walah, mereka menyaksikan Hendari menindih Engkom di atas sofa. Dasternya awut-awutan. Sementara, Hendardi dengan kesetanan memperlakukan Engkom amat tidak sopan. Beberapa tetangga segera memegang tubuh Hendardi dan menjauhkanya dari Engkom. Pak RT memapah Engkom masuk kamar, kemudian ditinggal balik ke  ruang tamu. Udin ditelepon dan segera pulang. “Saya disidang Pak RT. Disuruh membuat pernyataan menyesal telah memperlakukan Engkom tidak sopan dan berjanji tidak akan mengulangi,” kata Hendardi. Tidak tampak tanda-tanda penyesalan pada wajahnya. “Pak Hendardi memang menyesal?” tanya Memorandum. “Enggak. Hanya malu,” aku Hendardi. Jawaban yang tidak terduga sama sekali. Bukan seperti omongan orang terpelajar. Lebih mirip ocehan orang embongan yang kurang mengenal sopan santun. Sangat mengherankan karena dia orang berada dan punya kedudukan sosial tinggi di masyarakat. Bahkan pegawai perusahaan pelat merah. Dengan enteng Hendardi bahkan menceritakan saat ini istri dan anak-anak kompak tidak mau bicara. Marah. “Aku bahkan digugat cerai istri. Biarin. Bawa semua anak-anak. Enak. Bebas. Aku bisa kok hidup sendiri,” imbuh Hendardi, makin menampakkan bahwa dirinya bukan lelaki yang bertanggung jawab. Ketika Memorandum asyik berbicara dengan Hendardi, pengacara masuk. Dia mencolek punggung Memorandum, lalu memberi isyarat jari telunjuk ditempelkan di dahi dan ditarik mendatar. “Agak stres,” bisik pengacara yang ditunjuk istri Hendardi untuk secepatnya mengurus gugatan cerainya itu. Memorandum paham. Sebelum pamit hendak balik ke kantor, Memorandum sempat menggoda Hendardi. “Kalau sudah resmi cerai nanti, mau nikah dengan Engkom, eh Ria?” Dengan sangat cepat Hendardi menjawab, “Mau. Sangat mau.” (habis)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: