Ketika Lelaki Terhormat Terjerat Cinta Nafsu Pemandu Lagu (3)

Ketika Lelaki Terhormat Terjerat Cinta Nafsu Pemandu Lagu (3)

Engkom Terjerembab Jatuh, Dasternya Menyingkap dan Terbuka

Hendardi terus mendesak Udin agar mengaku sebelum menerima Engkom alias Ria sebagai pembantu pernah mem-booking-nya. Udin mengelak. Pakai sumpah segala. Tapi, Hendardi tetap tidak percaya. Udin diyakini kura-kura dalam perahu. Ketidakpercayaan Hendardi ditindaklanjuti dengan mendatangi rumah Udin. Dia cari waktu ketika Udin dan istri bekerja dan anak-anaknya sedang bersekolah. Pas rumah sepi. Hendardi beralasan pinjam tangga. Ia mengetuk rumah Udin dan dibukakan si Engkom. Keduanya bertatap pandang cukup lama. “Pak Hendar???” kata Engkom agak ragu, lirih. “Ria kan?” tanya Hendardi. Engkom yang ternyata benar-benar Ria mengangguk pelan. “Kenapa jadi pembantu?” Ria mengaku sejak corona mewabah, tempat kerjanya cenderung sepi dan sering tutup. Pendapatannya menjadi sangat kecil. Sementara, anaknya di desa sakit dan butuh biaya banyak. “Saya bersama sepupu keliling cari kerja. Sulit juga. Akhirnya kami sampai di perumahan sini. Sepupu saya langsung diterima di rumah dekat gerbang. Saya lantas melanjutkan keliling,” kata Engkom alias Ria, yang menambahkan bahwa sebelum masuk rumah Udin, dia terlebih dulu masuk rumah sebelah. “Itu rumah saya,” sahut Hendardi cepat Waktu itu hari sudah petang. Menjelang Magrib. Istri Hendardi yang menemui Engkom berkata tidak butuh pembantu. Semua pekerjaan rumah dikerjakan sendiri. “Alhamdulillah saya diterima kerja di sini,” sambung Engkom. “Dulu kamu pernah di-booking Pak Udin kan?” tanya Hendardi. Engkom tersenyum dan menjelaskan bahwa sebelum kerja di rumahnya, dia tidak pernah bertemu Udin. “Kamu pasti bohong,” tuduh Hendardi. “Sumpah, Pak. Kami tidak pernah bertemu sebelumnya.” Hendardi lantas memandangi lebih lekatperempuan kemampo di hadapannya. Ria sekarang berbeda jauh dari Ria yang dulu pernah dikenalnya. Ria kini berdandan sangat sederhana. Beda dengan dulu. Menor sekali. Tapi, justru kesederhanaan itu dirasakan Hendardi semakin menonjolkan aura kecantikan dan keanggunan Ria. Sex appeal-nya menghunjam hingga ke lubuk hati setiap orang yanga memandangnya. “Ke rumah yuk. Karaokean,” ajak Hendardi tiba-tiba. “Maaf, Pak. Saya banyak pekerjaan,” kata Engkom sambil pamit mau meneruskan seterika. Dia lalu mengambilkan tangga yang dipinjam Hendardi, kemudian buru-buru menutup pintu. “Cium dulu dong,” kata Hendardi. “Maaf, Pak Hendar,” kata Engkom sambil memaksa penutup pintu. Jedar! Daun pintu sangat keras menabrak kusen. Hendardi tak putus asa. Ia tarik daun pintu agar pintu terbuka, sementara Engkom justru menariknya berlawanan arah agar pintu tertutup. Kalah kuat, Engkom terjerembab jatuh. Dasternya tersingkap lebar. Mata Hendardi terbelalak. Wow… (bersambung).   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: