Sudah Selesai Dengan Dunia
Oleh: Ali Murtadlo Yang bicara seperti ini Din Syamsuddin. Guru Besar UIN Hidayatullah Jakarta. Mantan ketua Umum PP Muhammadiyah ini menyatakan sudah siap jika dia akan ditangkap sebagaimana 9 aktivis KAMI (Kesatuan Aksi Menyelamatkan Indonesia) lainnya yang sudah ditangkap kemudian dipertontonkan kepada publik lengkap dengan borgolnya. Untuk apakah aparat melakukan ini? Agar yang lain kehilangan nyali? Atau malah blunder mendatangkan simpati? Lengkapnya, Din yang mantan Ketua Umum MUI ini mengatakan seperti ini: "Alhamdulillah saya sudah selesai dengan dunia. Karena perjuangan ini diniatkan lillah. Maka saya bertawakkal 'alallah. Saya sudah siapkan koper berisi pakaian, al-Qur'an dan beberapa buku, jika suatu waktu saya ditangkap bahkan ditahan." Entengnya orang yang sudah selesai dengan dunianya. Semuanya serba lillah.Hidupnya dipersembahkan untuk keridhoan sang Mahapencipta. Ikhlas tingkat tinggi. Prinsip hidupnya tak terbeli. Karena alasan itulah, Din dulu mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama antaragama dan Peradaban seusai Jokowi mencalonkan lagi menjadi Capres yang kedua pada 2019 lalu. "Saya putuskan mundur. Saya memilih untuk menjadi penengah perpecahan umat," kata alumni Gontor yang meraih doktor dari University of California ini. Istilah "sudah selesai dengan dunianya" merebak saat-saat pemilihan jabatan penting seperti Hakim Mahkamah Konstitusi. " Munurut saya, syarat terpenting bukan sosok negarawan, tapi sosok yang sudah selesai dengan dunianya," kata Feri Amsari, Dosen FH Universitas Andalas Padang. Feri memaksudkannya dengan sosok yang sudah tidak terlalu butuh semua hal yang sifatnya duniawi. "Tak terlalu butuh jabatan sehingga tidak takut kalau jabatannya hilang. Tak tergiur uang dan fasilitas yang wah," katanya. Dengan begitu kata Feri, sosok tersebut bisa berdiri tegak, tidak terpengaruh dengan iming-iming apa pun yang bisa mengganggu keputusannya. Ali Mochtar Ngabalin, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, juga pernah bicara tentang ini. Yakni, saat dia menjamin bahwa Dewan Pengawas KPK adalah lima orang yang sudah selesai dengan dunianya. "Mereka manusia utama karena urusan dunianya sudah selesai," katanya. Orang yang sudah selesai dengan dirinya, artinya sudah membereskan permasalahan hidupnya kemudian mewakafkan dirinya untuk kepentingan yang lebih besar di luar dirinya. Adakah contohnya? Moh Hatta yang memilih mundur dari wapres pada 1956 dari pada menyetujui Demokrasi Terpimpinnya Soekarno, salah satunya. Natsir, Buya Hamka yang memilih tidak menyetujui Nasakomnya Soekarno dan akhirnya dipenjara tanpa persidangan apa pun adalah contoh lainnya. Tak selalu buruk untuk masuk penjara. Buya Hamka misalnya. Selama 2,5 tahun dipenjara justru menghasilkan Tafsir Al Azhar yang fenomenal itu.Yang dapat penghargaan dari Universitas Al Azhar dan banyak institusi lainnya itu. Anda sudah mencapai level itu? Saya belum. Masih jauh. Bersyukurlah Bangsa ini punya begitu banyak tokoh yang mewakafkan dirinya untuk bangsanya. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: