Jangan Dikalahkan Merpati

Jangan Dikalahkan Merpati

Oleh Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Komite Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya menetapkan dua pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali Kota Surabaya, Kamis (24/9). Itu artinya kedua paslon resmi bertarung dalam perebutan kursi Surabaya-1 dan wakilnya. Bagi kedua paslon, penetapan ini makin membuat hati mereka berdebar-debar. Hal itu sangat terlihat dari raut muka Eri Cahyadi-Armuji (Er-Ji) dan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno (Ma-Ju). Mereka tampaknya paham dan sadar bahwa sejak penetapan nomor urut peserta pemilu, kedua paslon yang memperebutkan hati warga pemilih harus bekerja lebih keras agar impian menjadi pemenang terkabul. Er-Ji mendapat nomor 1. Ma-Ju memperoleh nomor 2. Er-Ji mengakui nomor inilah yang ditunggu. Begitu pula Ma-Ju, nomor 2 cocok dengan keinginannya. Munculnya nomor urut sangat penting agar mudah mengingat-ingat paslon mana yang akan dicoblos sesuai pilihan hatinya. Nomor 1 atau nomor 2. “Dipilih…dipilih…dipilih…” Apalagi, selama ini baliho, spanduk, billboard sang “manten” terlihat bertebaran di jalan-jalan kota. Baik di timur, barat, selatan, utara, maupun pusat. Tegasnya, nomor urut peserta pemilu mempermudah warga pemilih menjatuhkan pilihannya. Ditambah lagi di berbagai media promosi paslon seperti baliho, spanduk, billboard, koran, televisi, online, dan lain-lain ditulis besar-besar dan terang-terang slogan atau tagline paslon, makin memudahkan untuk dipilih. Er-Ji menulis slogan: Meneruskan Kebaikan. Ma-Ju: Maju Kotane, Makmur Wargane. Tentu slogan-slogan ini memiliki makna masing-masing paslon. Yang tahu juga mereka para calon. Warga pemilih hanya bisa membaca dan mengartikan sendiri-sendiri slogan yang disuguhkan paslon. Ada yang mengartikan slogan paslon Er-Ji: Meneruskan Kebaikan akibat sukses sang pendahulu, wali kota Risma, yang suka tidak suka harus diakui capaian keberhasilan memimpin Kota Surabaya bernilai A plus alias luar biasa. Ada pula yang menegaskan, slogan Er-Ji sebagai langkah lanjutan bagi generasi muda untuk meningkatkan pembangunan yang sudah ada dan baik menjadi lebih baik hingga mampu menjaga prestasi kota berjuluk Kota Pahlawan terus terdepan baik di skala nasional, regional, sampai internasional. Tanggapan nyinyir juga ada atas slogan Er-Ji. Mereka mengungkapkan Kota Surabaya lebih butuh pemimpin yang tidak hanya meneruskan kebaikan, tapi lebih kepada lompatan prestasi yang membanggakan. Begitu pula slogan paslon Ma-Ju: Maju Kotane, Makmur Wargane dikritisi sebagai sesuatu yang sulit dicapai. Slogan yang kurang realistis dan bahkan dinilai mengada-ada. Lebih parah ada yang menghitung slogan itu justru blunder akibat fakta perekonomian negara ini masih belum mampu menyejahterakan rakyat. Apalagi lingkup kerja wali kota hanya sebatas kota. Tak lebih! Tapi, ada yang senang dengan slogan Ma-Ju. Kata mereka slogan itu menguatkan paslon Ma-Ju adalah sosok penuh semangat membangun Surabaya menuju kota yang memiliki cita-cita besar karena potensi itu ada. Tegasnya, penyuka slogan Ma-Ju mereka merasa memiliki visi hidup berkemajuan. Dan yang pasti, mereka menilai paslon Ma-ju memiliki cita rasa tinggi dalam memimpin Kota Surabaya, kota impian masa depan. Nah, dua slogan itu akan terus “bertarung” di benak warga pemilih hingga nanti 9 Desember, hari pencoblosan. Namun itu tidak cukup penting kalau wali kota dan wakil wali kota terpilih nanti tidak mampu merealisasi slogan-slogan itu meski warga pemilih mafhum arena pemilihan apa pun selalu hanya sebagai tempat umbar janji. Wahai para paslon: jangan sampai dikalahkan merpati yang tak pernah ingkar janji, (*)

Sumber: