Dipaksa Akui Kehebatan Dukun Lereng Gunung Raung (3)

Dipaksa Akui Kehebatan Dukun Lereng Gunung Raung (3)

Sewo Kuto Ditekani, Sewu Ati Ditakoni, Hasilnya Zonk

  Ketakutan Leman melihat Mbah Ahmad terbawa-bawa sampai ke rumah. Tidak hanya sehari-dua hari, melainkan berhari-hari. Karena itu, dia mengingatkan Lulus untuk tidak kembali menemui Mbah Ahmad. Leman semakin tegas melarang istrinya ke Banyuwangi setelah diingatkan UAS lewat pengajian via youtube bahwa siapa pun yang mendatangi dukun dan percaya terhadap dia, ibadahnya tidak diterima selama sekian waktu. Bahkan ada kiai yang menghukumi syirik. Lelaki yang prejengan-nya mirip almarhum Tino Karno ini juga mencurigai proses kerja sang dukun. Mengapa dia menyuruh Leman menunggu di luar, sementara Lulus diajak masuk ke ruang praktik. Berdua saja. “Mengapa aku nggak boleh masuk?” kata Leman, kesal. Dampaknya, setiap hari terjadi pertengkaran. Leman bersikeras melarang si istri melanjutkan upaya meminta tolong Mbah Ahmad, sebaliknya Lulus ngotot akan balik ke Banyuwangi. Diantar atau tidak. Lulus bahkan mengancam Dirham akan kabur dari rumah bila kemauannya terus dihalang-halangi. Maka, demi menjunjung kehormatan istri, terpaksa Leman bersikap keras. Untuk sementara Luluk tidak diperbolehkan keluar rumah. Seluruh akses keluar-masuk rumah, baik pintu maupun jendela, dikunci. Rapat-rapat. Satu-dua hari upaya ini sepertinya berhasil. Tapi, masuk hari ketiga, Lulus tiba-tiba menghilang. Tampaknya dia kabur melalui jendela kamar belakang. Tengara ini muncul karena kaca jendela pecah berantakan dan berserakan di teras belakang. Tentu saja Leman kelabakan. Dia mencoba mencari ke rumah mertua, kosong. Demikian pula ketika dicari di rumah kerabat-kerabat dekat. Zonk! Juga teman-teman Lulus, baik yang di dalam kota maupun di luar kota. Semua kosong. Hampir dua-tiga bulan Leman berkeliling mencari Lulus. Sewo kuto wis ditekani, sewu ati iwis ditakoni, semua mengaku tidak tahu. Ibaratnya, lubang semut yang bisa menjadi persembunyian Lulus sudah dilongok, tapi tak ada hasil. Masuk bulan keempat, Leman sempat berpikir begini: mungkinkah Lulus nekat berangkat sendiri ke kediaman Mbah Ahmad? Tapi, tahukah dia jalan ke sana? Dia sendiri saja, waktu mencari alamat Mbah Ahmad tempo hari, susahnya bukan main. Leman harus bertanya lebih dari dari 15 kali. Penggunaan aplikasi google maps malah menyasarkan ke tempat nggak jelas. Ya ke kuburan. Ya ke musala. Ya ke Goa Istana. Dll. Dsb. Dst yang gak jelas blas. Walau begitu, karena sudah tidak ada lagi tempat yang mungkin didatangi Lulus yang bisa dilacak, Leman menyerah. Dia akhirnya nekat hendak menuju daerah yang dijuluki Kota Santet ini. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Baru selangkah keluar dari rumah, tiba-tiba Lulus muncul dan langsung merangkulnya erat-erat. Dengan napas terengah-engah dia mengabarkan keinginannya sudah terkabul. Ritual yang dia jalani sudah membuahkan hasil. Tentu saja Leman kaget. Dan marah. Nyaris saja dia tumpahkan isi hatinya dengan menyemprotkan emosi yang menggelegak. Tapi melihat ekspresi istrinya yang diselimuti kegembiraan, hati Leman lumer. Panas di dada mengkristal jadi butiran-butiran salju. Dingin. Menyejukkan. Ia balas rangkulan Lulus. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih

Sumber: