Pilih Mana, Rekomendasi Rakyat Atau Rekomendasi Parpol ?

Pilih Mana, Rekomendasi Rakyat Atau Rekomendasi Parpol ?

Kontestasi Pilkada tahun 2020 sudah sampai di tahap pendaftaran, Jember muncul tiga pasangan calon (paslon). Paslon Hendy - Gus Firjaun daftar pada Jum'at (4/9/), Salam - Ifan daftar Sabtu (5/9) sedangkan Faida - Vian daftar pada Minggu (6/9). Ketiga paslon tersebut, sebelumnya sudah melewati lika-liku perjuangan mendapatkan rekom parpol. Lewat jalur iIndependen, pendukung Faida berhasil mengumpulkan 250 ribu dukungan. Namun, hanya sekitar 180 ribu yang mampu dimasukkan ke silon KPU dan setelah dilakukan verifikasi faktual, tersisa 160 ribu lebih yang dinyatakan sah berkas dukungannya. Sehingga, sudah melebihi yang ditentukan KPU sebesar 121.127 dukungan. Meski lewat jalur independen, Faida dianggap sebagai calon terkuat bahkan petinggi parpol Jember sempat membentuk kaukus perubahan untuk bersatu agar terjadi head to head melawan Faida.  Faida merupakan bupati perempuan pertama di Jember, lahir pada 19 September 1968  di  Malang, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan dr. Musytahar Umar Thalib dan Widad Thalib. Ayahnya seorang dokter dan pengelola rumah sakit yang menggembleng Faida dengan keras. Faida mengawali pendidikannya di MI Nurul Huda Krikilan, Glenmore, Banyuwangi lalu pindah ke SD Negeri di Kalibaru. Lulus SD pada tahun 1981, ia melanjutkan pendidikan ke SMP Kalibaru dan SMA Negeri 1 Jember (lulus 1987). Ia juga sempat mondok di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo pada tahun 1984. Faida lalu masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan lulus pada tahun 1994. Kemudian ia masuk ke Pascasarjana UGM dan memperoleh gelar Magister Manajemen Rumah Sakit (MMR) pada tahun 1998. Wajar bila rumah sakit yang dikelolanya maju dengan pesat, sejumlah penghargaan pun pernah diraihnya, salah satunya The Best Innovative and Creative Women Indonesia Creativity Award 2012. Selain dr. Faida, dua paslon lainnya Hendy Siswanto dan Abdussalaam Alamsyah juga sempat daftar ke PDIP. Keduanya bersaing dengan sembilan kandidat lainnya, diantaranya Rasyid Zakaria, Ali Assegaf, Abdul Kholiq Azhari, Kusbandono, Haidar Ulum, Zulkifli, Achmad Anis, Abdul Rachman dan Sekjen DPC PDIP Kabupaten Jember Bambang Wahjoe Sujono. Abdussalam Alamsyah berhasil menyingkirkan pesaingnya mendapatkan rekom PDI-P. Pengusaha properti itu sebelumnya memang sudah percaya diri bila akan direkom partai trah Bung Karno, banner yang dipasang sepanjang jalan di Jember dengan logo partai moncong putih berwarna merah disertai dengan foto Bung Karno dan Megawati selaku ketua umum PDIP. Direktur PT Kinansyah Adijaya Land ini berpasangan dengan Ifan Ariadna yang sebelumnya juga ngotot menjadi cabub. Namun, tidak ada yang memprediksi bila keduanya akan berduet sebagai pasangan milenial, keberuntungan tersendiri bagi Salam bisa menggandeng Ifan sebab Partai Golkar, Perindo, Berkarya dan PKB yang sempat memberikan surat tugas ke Ifan, secara otomatis juga mendukung Salam. Meski pesaingnya Hendy sempat memajang foto telah mendapat surat tugas dari PKB. Tapi, Ifan mampu mempertahankannya, ditambah dengan PAN, total 22 kursi siap memenangkan Salam - Ifan. Koalisi pendukungnya menunjuk dedengkot PDI-P untuk menjadi ketua tim pemenangan, yakni Arif Wibowo yang juga legislator senayan. Salam kelahiran 10 Mei 1983, ia hanyalah putra dari buruh tani, pasangan almarhum Abdul Fatah dan ibunya bernama Saadah. Salam asli Jember, tepatnya Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup susah, waktu libur sekolah dipergunakan untuk mencari sisa panen, demi melanjutkan SMA terpaksa harus menjual peliharaannya, kian mahalnya biaya sekolah mengharuskan Salam menjadi kuli panggul untuk tambahan biaya sekolah. Di tengah himpitan ekonomi, Salam berkeyakinan hanya pendidikan yang bisa mengubah keadaan ekonomi keluargannya, hanya berbekal restu kedua orang tua, Salam mendapat gelar sarjana. Tahun 2008, Salam menikahi Sri Indriyati Setyo Rini dan dikaruniai dua orang anak, bersama sang istri Salam kian bersemangat untuk sukses. Dimulai dengan usaha batu gamping, disetorkan ke pengusaha perumahan dan sesekali menjadi makelar perumahan membuatnya sedikit banyak paham dunia properti. Berbekal kepercayaan, ia membangun satu unit rumah, kemudian jalan karirnya terus menanjak hingga menjadi direktur PT Kinansyah Adijaya Land. Bila Salam sukses di properti, maka Hendy Siswanto sukses di kereta api, meski hanya mantan PNS perkeretaapian, kekayaan pemilik Rien Collection ini mencapai Rp 23 miliar. Mungkin, karena tebalnya kantong tersebut ia berani sesumbar bisa mendapat rekom, sebagaimana yang ia sampaikan ketika mengembalikan formulir penjaringan ke Sekretariat Badan Pemenangan Pemilu DPD Partai NasDem kala itu. Sulit bagi PNS biasa bisa sesukses Hendy. Namun demikian, Hendy membuktikan bahwa menjadi PNS bisa sukses dan kaya raya bahkan optimis menjadi calon bupati. Untuk mewujudkan impiannya Hendy termasuk calon paling ngotot menghendaki head to head, di berbagai kesempatan ia selalu menegaskan harus head to head untuk menumbangkan petahana. Ambisinya agar head to head bahkan sempat merebut rekom PKB dari genggaman Ifan Ariadna, fotonya mendapatkan surat tugas tersebar di media sosial. Tidak hanya PKB, Hendy bahkan berhasil membuat Djoko Susanto gigit jari setelah rekom Gerindra yang sejak awal merekomnya, berhasil direbutnya. Mantan Kepala Kantor Badan Pertanahan itu pun tidak jadi menjadi cabub meski bannernya sudah memenuhi sudut kota Jember. Paslon yang memiliki tag line “wes wayae” itu menjadi paslon yang terlihat paling percaya diri dibandingkan dengan yang lainnya. Apalagi, sejak putra Rais Am PBNU Gus Firjaun luluh menerima pinangan Hendy untuk menjadi Bacawabubnya setelah beberapa kali menolak. Hendy didukung Partai Nasdem, Gerindra, PKS, PPP dan Demokrat, total keseluruhan 28 kursi di DPRD, mendapat rekom Berkarya namun dari kubu Tommy sementara yang diterima oleh KPU kubu Muchdi. Namun demikian, Hendy tidak mempersoalkan bahkan seandainya Berkarya condong ke calon lain (Salam) ia merelakannya. Tanggal 9 Desember 2020 nanti, menjadi penentu bagi warga Jember untuk memilih calon pemimpinnya, apakah akan kembali memberikan kesempatan kepada petahana atau kepada calon baru yang akan memimpin Jember lima tahun ke depan. Apakah warga Jember akan lebih memilih “rekomendasi rakyat” atau rekomendasi partai politik? Jawabannya : tunggu 9 Desember 2020.   Penulis : Edy Winarko Kepala Biro Memorandum Jember

Sumber: