DPRD Surabaya: Covid-19 Tak Berkorelasi dengan Peningkatan Jumlah Kematian

DPRD Surabaya: Covid-19 Tak Berkorelasi dengan Peningkatan Jumlah Kematian

Surabaya, Memorandum.co.id - Penyebaran corona virus disease (Covid-19) menjadi momok menakutkan di semua negara. Perekonomian anjlok di semua sektor. Pendidikan terpaksa dilaksanakan melalui sistem daring dan masyarakat dipaksa tidak melakukan perkumpulan dalam jumlah banyak. Di Indonesia, tepatnya di Kota Surabaya sekarang menjadi epicentrum penyebaran Covid-19 terbanyak dengan jumlah kematian sudah menyentuh angka 525 orang. Tapi angka kematian karena Covid-19 Surabaya, apakah lebih tinggi dari jumlah kematian sebelum Covid-19? Dari penelusuran yang dilakukan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, A. Hermas Thony ditemukan, jumlah kematian keseluruhan pada penyebaran pandemi ini tidak jauh berbeda dari jumlah kematian sebelum Covid-19. "Saya mencoba melihat, apakah betul bahwa Covid-19 yang dinyatakan sebagai pandemi ini memiliki korelasi dengan kematian masyarakat? Saya gali dari berbagai pihak, secara investasi dan informasi ini mungkin juga belum akurat, setidaknya memiliki sebuah gambaran yang bisa kami sampaikan kepada publik dan kemudian supaya semua pihak memberikan analisis," kata Thony di ruangannya, Kamis (16/7). Thony mengatakan, jumlah kematian sebelum penyebaran Covid pada tahun 2019 dari Januari sampai Desember rata-rata diperkirakan berjumlah 700 orang per bulan. Kemudian dilanjutkan pada bulan Januari tahun 2020 dengan jumlah kematian mencapai 896 orang. Angka kematian turun pada bulan Februari dengan jumlah 770 orang, dan 830 orang mati pada Maret. Penyebaran pandemi di Surabaya sudah terjadi pada bulan April, tapi kematian cenderung turun dengan signifikan dengan jumlah 118 orang, dilanjutkan pada bulan Mei dengan garis neraca yang naik yaitu 962 orang. Thony mengatakan, jumlah kematian dapat dilihat dari 13 pemakaman di bawah Pemerintah Kota Surabaya, bukan di makam yang ada di kampung-kampung. Karena menurutnya, pemakaman akibat Covid-19 memang dikhususkan di beberapa tempat. "Jumlah kematian ini saya lihat dari 13 makam yang kemudian ada di bawah pemerintah kota. Tidak kami lihat dari makam-makam yang ada di kampung-kampung, karena covid biasanya itu dimakamkan tidak di kampung, kan tidak boleh. Untuk pemerintah kota lebih melaksanakan untuk dimakamkan di tempat-tempat yang sudah ditentukan, seperti Keputih," ungkapnya. A H Thony menjelaskan, naiknya angka kematian pada bulan Mei, pada pemakaman khusus covid-19, tidak menentukan bahwa semuanya terdeteksi positif corona, termasuk ODP dan PDP. Thony berkesimpulan, melihat dari perbandingan jumlah kematian sebelum dan saat Covid-19, legislator dari Fraksi Gerindra ini mengatakan, tidak ada korelasi dampak kematian yang signifikan. "Virus memang betul ada di Surabaya tetapi kemudian tidak memiliki korelasi positif terhadap jumlah kematian. Padahal ini kan bukan sekadar epidemi tetapi juga pandemi," pungkasnya.(why)

Sumber: