Kali Brantas Tercemar Sampah Plastik
Surabaya, memorandum.co.id - Kali Brantas termasuk dalam 20 sungai pencemar lautan global. Sebab, masih banyak warga membuang sampah di sungai. Sistem pengangkutan sampah hanya mampu melayani kurang dari 50% wilayah, maka beberapa wilayah Jombang, Kediri dan Mojokerto yang berada di tepi Brantas seperti Ploso banyak ditemukan pemanfaatan sungai sebagai tempat sampah. Temuan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton), pada Sabtu (11/7) menunjukkan jembatan Ploso menjadi salah satu lokasi timbulan sampah. Timbulan sampah ini menimbulkan pencemaran baru yang bernama mikroplastik. Uji kualitas air dengan Mobile Laboratorium Mikroplastik Ecoton, menunjukkan Brantas wilayah Kediri, Jombang dan Mojokerto tercemar mikroplastik. “Dari pengamatan kami menggunakan mikroplastik stereo pembesaran 20 kali menunjukan Kali Brantas tercemar mikroplastik wilayah terbanyak ditemukanya mikroplastik ada di Mojokerto terdapat 44 partikel mikroplastik dalam 100 liter air sampel,di Jombang 33/100 liter dan kediri paling sedikit 26/100 liter” Kurnia Rahmawati anggota tim peneliti mikroplastik Ecoton. Lebih lanjut mahasiswa biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mengatakan, bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak dijumpai adalah jenis filamen. “Mikroplastik jenis filament adalah lembaran plastik kecil yang berasal dari serpihan tas kresek atau botol plastik air minum sekali pakai,” ungkap Kurnia Rahmawati. Kondisi kali Brantas di ketiga lokasi relative bagus kualitasnya. Namun tingginya kadar TDS atau total dissolved solid (kandungan ion terlarut) di atas 2000 ppm menunjukkan tingginya ion-ion terlarut termasuk didalamnya logam berat. Tingginya TDS karena Juli memasuki musim kemarau dimana debit air berkurang dan bertambahnya debit polutan Brantas. Kegiatan pemantauan kualitas air Ecoton juga mengukur kadar Klorin, ketiga lokasi yang diamati menunjukkan kadar klorin dibawah standar PP 82/2001 tentang pengendalian pencemaran dan pengelolaan kualitas air sebesar 0,03 ppm, adanya kandungan klorin disebuah perairan bersumber dari pemutih, desinfektan, pembunuh kuman dan pembersih lantai. Kandungan klorin di Ploso 0,01 ppm menunjukkan kondisinya masih bagus. Berbeda dengan wilayah Brantas hilir di Surabaya dimana kandungan klorin mencapai 0,2 hingga 0,4 ppm jauh diatas standar PP 82/2001. Sedangkan Prigi Arisandi, Koordinator Investigasi Mikroplastik Kali Brantas mengungkapkan sampah plastik di bantaran sungai dan saluran-saluran air anak sungai brantas banyak dijumpai sampah plastik. Sampah plastik yang dibuang ke sungai seperti tas kresek, sachet personal care dan sachet makanan, botol plastik, styrofoam dan bungkus plastik lainnya akan terdegradasi menjadi remah-remah atau serpihan plastik kecil berukuran 0,1 hingga 5 mm yang disebut Mikroplastik. Di Jembatan Papar, jembatan Ploso dan jembatan Brawijaya Mojokerto masih banyak ditemukan sampah sachet, tas kresek dan sampah popok menggelantung di tiang jembatan Dari temuan tam ecoton dibawah jembatan Ploso Jombang menunjukkan banyaknya sampah sachet minuman ringan, kopi, susu, minuman energi, banyak ditemukan dibuang dalam satu kresek besar. Ada juga onggokan sisa pembakaran sachet dibantaran sungai Sampah plastik sachet sangat sulit terurai dan akan bertahan selama bertahun-tahun membuat lingkungan tidak indah karena mengotori perairan sungai, tersangkut diranting pohon. Sachet plastik disebut juga multilayer packaging yang terdiri dari beberapa lapisan plastik dan alumunium foil, jika ingin mendaur ulang maka lapisan-lapisan ini harus dipisah-pisahkan. Proses inilah yang hingga kini masih belum ada solusinya sehingga seringkali diambil jalan pintas dengan membakar sachet, Jika sampah sachet dibakar akan menimbulkan gas beracun Dioxin. Bisa sebabkan kanker, sakit pernapasan, gangguan saraf, kemandulan. Ecoton mendesak kepada pengelola Sungai Brantas, pemerintah, produsen dan konsumen di Sungai Brantas agar ada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, tempat sampah khusus dan 3R. (udi/gus)
Sumber: