Kemiskinan Membuat Pergolakan Keyakinan hingga Temukan Kedamaian dalam Islam

Kemiskinan Membuat Pergolakan Keyakinan hingga Temukan Kedamaian dalam Islam

Tunggal Teja Asmara menunaikan salat Idulfittri tahun lalu bersama keluarga.--

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - DI tengah hiruk pikuknya Kota Surabaya ternyata tersembunyi sebuah kisah perjalanan spiritual yang penuh liku dan inspiratif.

Tunggal Teja Asmara, pria kelahiran Agustus 1983, membagikan pengalamannya tumbuh dalam kemiskinan dan pergolakan keyakinan, hingga akhirnya menemukan  kedamaian dalam Islam.

Kisah hidupnya adalah perjalanan spiritual yang panjang dan penuh liku, sebuah bukti bahwa hidayah bisa datang melalui jalan yang tak terduga.

BACA JUGA:Perjalanan Spiritual Pria Asal Jerman Daniel Siegfried Zimanyi Jadi Mualaf


Mini Kidi--

Tumbuh besar di tengah himpitan ekonomi, Tunggal merupakan satu-satunya anak laki-laki di antara tiga saudara perempuannya.

Mereka menghabiskan masa kecil di sebuah kontrakan sempit berukuran 3x5 meter di Surabaya. Kemiskinan menjadi teman sehari-hari,nasi berlauk garam pun terasa nikmat dalam kebersamaan. 

Namun, garis hidup keluarga Tunggal mulai berubah ketika bantuan datang dari sekelompok umat berbeda keyakinan.

BACA JUGA:Perjalanan Mualaf Bonek Bule Ingo Pottag, Ekspatriat asal Jerman

Uluran tangan berupa bahan pokok mingguan itu, perlahan membuka pintu bagi ibunya, Siti Julaika (almarhumah) untuk mengikuti kegiatan di gereja.

Sekadar diketahui, Siti Julaika yang merupakan keturunan ulama besar Kiai Haji Abu Aslar (cucu Sunan Giri), akhirnya meninggalkan ajaran Islam yang dianutnya sejak kecil.

Perlahan, Tunggal dan ketiga saudaranya pun ikut terpengaruh. 

BACA JUGA:Ikrar Mualaf di Masjid Al-Akbar Surabaya Berlangsung Khidmat dalam Ucapan Dua Kalimat Syahadat

Sementara sang ayah, Sholikan, tetap mempertahankan keyakinan Islamnya, namun harus menyaksikan keluarganya menjauh dari agama yang dianutnya.

Sumber: