Kisah Inspirasi Guru Bahasa Inggris dari Amerika Serikat, Temukan Kedamaian dalam Islam

Anson alias Anas berfoto bersama teman dan pengurus Masjid Al Falah. --
Setelah pandemi mereda, Anas kembali ke Surabaya dan menikahi Nurhayati pada tahun 2025.
Kini, enam tahun telah berlalu sejak ia menetap di Surabaya bersama istrinya. Meskipun belum dikaruniai momongan, kebahagiaan terpancar dari kehidupan rumah tangga mereka.
BACA JUGA:Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya Jadi Pusat Pembinaan Mualaf
Keputusan Anas memeluk Islam tak luput dari pertentangan keluarga, khususnya dari sang kakak perempuan yang beragama Kristen taat.
Meskipun perbedaan pandangan agama tak pernah menemukan titik temu, komunikasi tetap terjalin. Berbeda dengan sang kakak, ayah Anas sangat mendukung keputusannya, bahkan mengikuti jejaknya menjadi mualaf di usia 93 tahun di Amerika Serikat. Ibunya, memilih bersikap netral.
"Kakaknya sering bertentangan dengan saya, bahkan sampai sekarang agama. Namun komunikasi tetap baik. Kakak saya merupakan Kristen katolik yang taat. Kakaknya mendukung adanya Tuhan Yesus dan menganggap tuhan hanya satu. Jadi argumen dengan kakak tidak pernah menemukan titik temu," jelas Anas.
Kini, Anas mengajar Bahasa Inggris di sebuah sekolah Islam, semakin memperdalam pemahaman dan keyakinannya.
Sebelum menikah dengan Nurhayati, ia pernah menikah dengan seorang wanita Amerika dan memiliki seorang anak perempuan yang kini tinggal bersama ibunya. Pernikahan tersebut berakhir pada tahun 1998 karena ketidakcocokan.
Di bulan Ramadan ini, Anas ingin fokus beribadah mulai memperdalam agama Islam di Masjid Al Falah, mulai mengikuti kajian, salat Tarawih dan puasa. Dia kini merasakan kedamaian dan kepastian dalam Islam.
Meskipun perjalanan hidupnya penuh tantangan, ia tetap teguh pada keyakinannya dan bersyukur atas segala karunia yang telah diterimanya. (rio)
Sumber: