Beli Senpi Rp 400 Ribu melalui Online

Beli Senpi Rp 400 Ribu melalui Online

GRESIK - Raut wajah Fahni, nampak penuh penyesalan. Meski demikian, dia terus berupaya berkilah. Tidak mau terus terang di hadapan polisi. Pria ini mengaku membeli senpi rakitan untuk dipakai berburu burung di tambak. Bahkan, dia mengaku tidak sengaja membawa senpi tersebut untuk memeras para korban. Hal itu hanya sekadar kebetulan. Fahni menyatakan, senpi itu dibeli dari seorang melalui sistem online seharga Rp 400 ribu. Harga tersebut merupakan diskon dari penjual yang semula sekitar Rp 700 ribu. Dia melakukan transaksi di wilayah Kecamatan Panceng.      "Saya beli ini (senpi rakitan, red) memang untuk berburu burung di tambak pak. Bisanya saya dapat banyak," dalih Fahni di Mapolsek Ujungpangkah, kemarin. Tersangka yang mengaku anggota Polda Jatim yang ditugaskan di wilayah Ujungpangah itu mengatakan, jika sudah beraksi lebih dari dua kali. Korbannya sama. Dari kalangan pelajar alias anak baru gede (ABG). "Sumpah pak baru pertama kali ini bawa senjata. Sebelumnya tidak pernah bawa senjata apapun. Saya sangat menyesal dan siap menerima risikonya meski dipenjara," kata Fahni. Dirinya menyadari perbuatan yang dilakukan tidak benar. Dan telah meminta maaf kepada keluarga korban. Namun, permintaan maaf tersebut ditolak mentah-mentah. "Iya pak saya sudah minta maaf. Meski gak dimaafkan gak apa-apa," sambung dia. Sementara itu, aksi pemerasan yang terjadi di wilayah Desa Banyuurip bukan kali pertama. Beberapa waktu lalu pemerasan juga pernah terjadi. Namun, korban tidak lapor ke polisi. Petugas menilai aksi pemerasan dipicu karena lokasi tersebut kerap digunakan pacaran. Terutama pada malam hari. Hal itu memantik kesempatan para pelaku untuk melancarkan aksinya. Modusnya bermacam-macam. Ada yang mengaku sebagai polisi. Ada juga yang murni sebagai preman alias penjahat. Polisi berharap, masyarakat ikut terlibat melakukan patroli wilayah. Tujuannya bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Sebab, kejadian ini menjadi pelajaran bersama. "Paling banyak korbannya memang anak pacaran," kata Kanitreskrim Polsek Ujungpangkah Bripka Yudi Setiawan. Menanggapi hal itu Kepala Desa Banyuurip Ihsanul Haris menyatakan, bahwa dia kerap melakukan ronda bersama dengan para pemuda. Ihsanul mengakui bahwa wilayahnya kerap digunakan sebagai tongkrongan anak-anak muda. "Anak muda yang pacaran di wilayah kami bukan asli sini (Banyuurip, red). Mereka adalah orang luar semuanya," kata Ihsanul Haris, kemarin. Dirinya mengaku turut prihatin terhadap korban. Kejadian ini menjadi perhatian warganya. Dia juga berjanji akan memperketat pengawasan di wilayahnya. "Kami selalu mengawasi. Mungkin saat itu kami kecolongan," pungkas Ihsanul. (an/har/nov)  

Sumber: