Absennya Susu di Pogram MBG, Ahli Gizi: Alternatif Lain Tinggi Kalsium
Lailatul Muniroh.-Arif Alfiansyah-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Belakangan ramai diperbincangkan publik terkait ketidakhadiran susu sebagai sumber kalsium dalam program makanan bergizi gratis (MBG). Padahal, susu memiliki kandungan zat gizi yang banyak. Seperti kalsium, protein, vitamin D, vitamin A, zat besi, hingga magnesium.
BACA JUGA:Program Makan Bergizi Gratis di Surabaya Tanggal 13 Januari 2025
Lailatul Muniroh ahli gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Airlangga menyampaikan bahwa susu sangat baik dan dibutuhkan dalam masa pertumbuhan anak. Namun ternyata, dengan ketidakberadaan susu pada menu MBG di sejumlah sekolah dapat digantikan oleh makanan tinggi kalsium lainnya.
“Sebagai alternatif lain, perlu disiapkan misalnya produk olahan susu seperti yogurt atau keju, sumber nabati yang kaya kalsium. Seperti tempe, sayuran hijau, ataupun sumber hewani seperti ikan teri, sarden, telur, dan daging ayam,” ungkapnya.
Namun demikian, Lailatul juga menekankan pentingnya untuk memastikan apakah alternatif tersebut tetap bergizi seimbang dan dapat diterima oleh siswa.
BACA JUGA:Surabaya Siap Dorong Keterlibatan UMKM dalam Program Makan Bergizi Gratis
“Sehingga, kebutuhan gizi mereka tetap terpenuhi meskipun tanpa hadirnya susu,” tuturnya.
Program MBG bisa menjadi langkah kecil untuk kesejahteraan masyarakat. Namun, evaluasi dan upgrade program dari hari ini sangat diperlukan. Lailatul pun berpendapat bahwa perlu adanya evaluasi dan perbaikan secara berkala. Karena fakta pelaksanaan di lapangan tentu jauh lebih sulit.
BACA JUGA:Petunjuk Teknis Makan Bergizi Gratis Belum Turun, Kantin SD Terdampak
Evaluasi keberhasilan program MBG dapat dilakukan dengan meliputi aspek input dan proses, output, dampak, hingga evaluasi keberlanjutan. Pada aspek yang pertama, perlu adanya evaluasi ketersediaan dan kualitas makanan, serta kepuasaan dari penerima program MBG.
BACA JUGA:Anggota Fraksi PDIP DPRD Surabaya: Program Makan Bergizi Gratis Mestinya Tanggung Jawab Pusat
“Mulai dari jumlah siswa yang mendapatkan makanan apakah sudah sesuai dengan sasaran, kandungan gizi pada menu berdasarkan pedoman Isi Piringku. Kemudian tingkat penerimaan siswa terhadap rasa dan variasi makanan, kepuasaan guru, siswa, dan orang tua, dan tingkat keluhan terkait dengan distribusi makanan,” terang Lailatul.
Kemudian, output dari program pun harus jadi perhatian. Mulai dari persentase makanan yang dimakan dan dibuang oleh siswa (plate waste analysis), serta jumlah siswa yang memakan semua komponen makanan yang ada di piring.
Sumber: