Enggan Disebut Pejabat, Cahyo Siswo Utomo: Saya Pelayan Rakyat

Enggan Disebut Pejabat, Cahyo Siswo Utomo: Saya Pelayan Rakyat

Cahyo Siswo Utomo.-Alif Bintang-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Sebagai seorang politisi sederhana, Cahyo Siswo Utomo sangat mengedepankan ajaran dan kaidah yang terkandung di dalam agama Islam. Salah satunya adalah berpegang teguh pada ayat suci Alquran.

BACA JUGA:Cahyo Siswo Utomo Gantikan Almarhum Ibnu Shobir di DPRD Surabaya

Menurut Cahyo, berpegang teguh pada Alquran sangat penting. Sebab Alquran dijadikan sebagai pedoman utama lantaran menjadi sumber kebenaran yang universal.

"Dalam pandangan Islam, Alquran memberikan panduan lengkap tentang tata kelola kehidupan, termasuk etika kepemimpinan, keadilan, dan tanggung jawab sosial," tutur putra pertama pasangan Sri Winarti Apriastuti dan Bagio Siswono itu.

BACA JUGA:Ketua Fraksi PKS DPRD Surabaya Harap SKH Memorandum Jadi Jembatan Aspirasi Warga Surabaya Menuju Kota Dunia

Di samping itu, kata Cahyo, dengan berpegang teguh pada Alquran, maka pihaknya berupaya untuk memastikan bahwa setiap kebijakan atau keputusan yang diambil selaras dengan prinsip-prinsip moral, keadilan, dan kebermanfaatan bagi masyarakat.

"Berpegang teguh pada Alquran juga mencerminkan komitmen untuk menjadi pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab di mata manusia maupun di hadapan Allah," tandas anggota DPRD Surabaya periode 2024-2029 tersebut.

Di sisi lain, pria kelahiran Surabaya, 24 November 1982 ini rupanya memiliki ideologi yang unik. Di balik posturnya yang tinggi, Cahyo rupanya tak ingin disebut sebagai seorang pejabat.

Meski menjadi legislatif aktif dua periode, Cahyo merasa lebih tenteram apabila dirinya dikenal sebagai pelayan rakyat.

BACA JUGA:HUT ke-77 Kemerdekaan RI, Ketua Fraksi PKS: Momentum Wujudkan Kesejahteraan Rakyat

"Lebih senang disebut pelayan rakyat karena bagi kami jabatan sebagai anggota DPRD bukanlah posisi untuk mendapatkan kehormatan atau kekuasaan, melainkan amanah untuk mengabdi," ucap Cahyo yang juga ketua Fraksi PKS.

Dirinya pun mengutip hadis dari HR Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliya dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman bahwa pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.

"Hadis tersebut menjadi pedoman bagi kami bahwa seorang pemimpin harus bersedia melayani kepentingan rakyatnya," ungkap Cahyo.

Berangkat dari konsep yang dijunjungnya itu, Cahyo mempertegas bahwa kepemimpinan adalah amanah yang harus diemban dengan semangat pengabdian dan tanggung jawab.

Sumber: