Pasar Kapasan Baru Sepi Pembeli, Terdampak Tren Belanja Online
Banyak toko yang tutup dan disewakan oleh pemiliknya. Disebabkan sudah tidak mampu lagi buat biaya operasional. --
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Pasar Kapasan Baru, yang dulunya dikenal sebagai pusat perbelanjaan pakaian di Surabaya kini tengah menghadapi masa sulit. Para pedagang mengeluh sepi pembeli, sebuah fenomena yang semakin terasa sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia.
Meskipun beberapa pedagang, seperti Lim, pemilik toko baju di lantai 2, berhasil beradaptasi dengan menjual produknya secara online melalui platform seperti Shopee dan Lazada, mencapai angka penjualan hingga 70%, banyak pedagang lainnya masih kesulitan mengikuti tren digital ini.
Lim mengakui bahwa banyak pedagang yang tidak memiliki grup penjualan sendiri dan masih mengandalkan pembeli datang langsung ke toko. Hal ini menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam pendapatan. Mereka yang beradaptasi dengan dunia online mampu bertahan, sementara yang masih berpegang teguh pada model tradisional mengalami penurunan omzet yang drastis.
BACA JUGA:Pedagang Pasar Kapasan Merasakan Dampak Positif Pasca Penutupan TikTok Shop
Menurut Lim kemudahan dan biaya pengiriman yang lebih murah menjadi faktor utama yang mendorong konsumen beralih ke belanja online. Lim mencontohkan, pembeli dari luar Surabaya mungkin harus mengeluarkan Rp 500.000 untuk transportasi, sedangkan biaya pengiriman online hanya sekitar Rp 3.000 per kilogram.
"Meskipun konsumen tidak dapat melihat dan merasakan produk secara langsung saat berbelanja online, banyak dari mereka sudah terbiasa dengan model ini," ujar Lim.
Kisah Lim menggambarkan realitas pahit yang dihadapi para pedagang di Pasar Kapasan Baru. Pendapatannya turun lebih dari 50%, dan ia sering mengalami kerugian, bahkan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Kondisi serupa dialami oleh Diana, karyawan toko baju di pasar yang sama. Selama 20 tahun bekerja di sana, ia tidak pernah melihat pasar sepi seperti saat ini.
BACA JUGA:TikTok Shop Ditutup, Pedagang Pasar Kapasan Surabaya Kebanjiran Orderan
Banyak toko terpaksa tutup karena tidak mampu menanggung biaya operasional, seperti gaji karyawan. Akibatnya, banyak kios disewakan atau dijual.
Sepinya Pasar Kapasan Baru bukanlah fenomena yang terisolasi. Pasar tradisional dan modern di seluruh Surabaya mengalami penurunan pengunjung sejak pandemi COVID-19. Masyarakat semakin terbiasa membeli kebutuhan sehari-hari dan bulanan melalui platform online.
Masa depan Pasar Kapasan Baru, dan pasar tradisional lainnya, bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan era digital. Meskipun penjualan online menawarkan peluang, pasar tradisional harus menemukan cara untuk menarik kembali konsumen ke ruang fisik mereka.
BACA JUGA:Kebakaran Toko Pakaian Pasar Kapasan, Ini Kata Karyawan
Mungkin diperlukan modernisasi, keterlibatan komunitas, dan penekanan pada nilai unik yang ditawarkan pasar tradisional dibandingkan dengan belanja online. Kisah Pasar Kapasan Baru menjadi pengingat akan transformasi ekonomi yang sedang terjadi, dan pentingnya bagi pasar tradisional untuk beradaptasi agar tetap relevan dan bertahan.
Hal yang sama juga dirasakan Diana, karyawan toko baju, celana, kaos di lantai 2 Pasar Kapasan Baru. Selama 20 tahun bekerja, dulu tidak pernah sepi.
Sumber: