Catatan Eko Yudiono: Fenomena Kotak Kosong di Pilbup Gresik: Antara Dukungan dan Kritik
Eko Yudiono, Wartawan Memorandum.--
Catatan: Eko Yudiono, Wartawan Memorandum
Pilbup Gresik 2024 menyajikan fenomena unik dalam sejarah pemilihan kepala daerah di Indonesia. Dalam kontestasi yang hanya diikuti oleh pasangan calon tunggal, Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dan dr. Asluchul Alif, perlawanan "Kotak Kosong" justru menunjukkan kekuatan signifikan dengan perolehan 36,05 persen suara (quick count).
Meski pasangan Gus Yani-Alif keluar sebagai pemenang dengan 58,43 persen suara, hasil ini menimbulkan diskusi hangat di masyarakat dan menjadi sorotan nasional.
Dalam pemilihan dengan calon tunggal, Kotak Kosong seringkali dianggap sebagai simbol "pilihan alternatif." Fenomena ini mencerminkan suara sebagian masyarakat yang mungkin merasa tidak terwakili oleh pasangan calon tunggal atau ingin menyuarakan kritik terhadap proses politik yang dianggap kurang kompetitif.
Dengan raihan suara sebesar lebih dari sepertiga total pemilih, Kotak Kosong di Pilbup Gresik membuktikan bahwa ada basis masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung pasangan calon yang ada.
Meskipun Gus Yani-Alif berhasil meraih kemenangan, sejumlah pihak menyebut hasil ini bukanlah kemenangan mutlak. Angka 58,43 persen dianggap masih relatif rendah untuk calon tunggal yang biasanya mampu meraih dukungan hingga lebih dari 80 persen di daerah lain.
Hal ini menjadi bahan evaluasi, terutama dalam memahami alasan di balik kuatnya dukungan kepada Kotak Kosong.
Beberapa analisis menunjukkan bahwa faktor seperti kepercayaan terhadap calon, dinamika politik lokal, hingga isu-isu yang berkembang selama masa kampanye dapat memengaruhi hasil ini.
Selain itu, kuatnya angka Kotak Kosong juga bisa menjadi sinyal bagi pasangan terpilih untuk lebih mendengar aspirasi masyarakat yang memilih "menolak" dalam bentuk dukungan terhadap Kotak Kosong.
Fenomena ini memberikan pelajaran penting bagi demokrasi lokal di Indonesia. Pertama, masyarakat memiliki mekanisme untuk menyampaikan pendapatnya, bahkan dalam pemilihan dengan calon tunggal.
Kedua, hasil ini mengingatkan para pemimpin terpilih untuk bekerja lebih keras dalam merangkul seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang memilih tidak mendukung.
Sebagai pemimpin terpilih, Gus Yani dan dr. Alif menghadapi tantangan besar untuk membuktikan bahwa mereka mampu memenuhi harapan seluruh warga Gresik, termasuk mereka yang memilih Kotak Kosong.
Langkah pertama yang penting adalah membangun komunikasi intensif dengan semua elemen masyarakat guna memahami kebutuhan dan aspirasi warga.
Fenomena Kotak Kosong ini menjadi catatan penting dalam sejarah Pilbup Gresik, sekaligus refleksi bagi demokrasi di tingkat lokal.
Sumber: