Kabar Malapraktik hingga Pasien Terlantar di RSUD Dr Mohamad Soewandhie, Dirut Pastikan Pasien Sudah Ditangani
Direktur Utama (Dirut) RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, dr Billy Daniel Messakh. --
“Nah, itu terapinya masih dilanjutkan terus. Karena kondisi otaknya sudah permanen dan tidak bisa kembali lagi, sehingga keadaanya tidak bisa kembali pulih dan kesadarannya tidak bisa naik,” paparnya.
Kerena kondisinya yang tak kunjung pulih, akhirnya pasien tersebut tidak bisa dilakukan perujukan ke RS lain atau pun dipindahkan ke ruang rawat inap. Karena, pasien dengan kondisi tersebut harus diawasi ketat oleh tim medis. Setelah dilakukan perawatan intensif dan pengawasan ketat oleh tim medis, kondisi pasien R tak kunjung pulih, justru mengalami penurunan.
BACA JUGA:Kasus Lansia Terlantar di Surabaya, Pakar Hukum Sebut Tak Ada Unsur Pidana
Melihat kondisi tersebut, akhirnya tim medis RSUD Dr. Mohamad Soewandhie yang bertugas di IGD menyampaikan kondisi sebenarnya kepada pihak keluarga, pada 31 Oktober 2024 pukul 22.00 WIB. Setelah menyampaikan kondisi tersebut, pihak keluarga pasien justru tidak terima dengan tim medis RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, karena dinilai tidak menangani pasien secara serius.
Karena kondisi pasien yang tak kunjung pulih, akhirnya pihak keluarga tidak terima terhadap pernyataan tersebut, hingga membawa massa dan melakukan protes ke ruang IGD.
“Saat itu datang ke salah satu dokter kami, pihak keluarga menanyakan kondisi pasien yang tak kunjung pulih. Kami pun menjelaskan karena memang kondisinya memburuk dan sudah sakit agak berat sehingga sulit untuk pulih kembali. Namun pihak keluarga terus menyudutkan kami bahwa tidak melakukan tindakan apapun,” terangnya.
BACA JUGA:Sempat Terlantar 3 Tahun, Wabup Subandi Pastikan RSUD Sibar Dibangun Juli Ini
Setelah itu, pihak keluarga memaksa masuk ke ruangan dokter yang menangani pasien R. Bahkan saat itu, sekelompok massa yang masuk ke dalam ruang IGD memblokir ruangan dokter sehingga menyebabkan terlambat menangani pasien lainnya.
Di waktu yang bersamaan, pasien R pun mengalami kritis hingga akhirnya dokter RSUD Dr. Mohamad Soewandhie yang bertugas di IGD terlambat menolong karena ruangan diblokir pihak keluarga pasien. Karena kejadian ini, pasien R pun tidak sempat tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
Ia pun menyayangkan, adanya aksi pemblokiran ruangan dokter pada saat akan melakukan penindakan terhadap pasien. Tak lupa, ia turut menyampaikan rasa berduka yang mendalam atas meninggalnya pasien tersebut.
“Dalam keadaan kritis kita mau tolong, mereka menolak, anaknya yang menolak. Karena anaknya menolak, akhirnya kami tidak bisa berbuat apa-apa. Disisi lain, pihak keluarga justru bilang pasien dalam keadaan kritis tidak ditangani, padahal tidak,” jelasnya.
BACA JUGA:SDI Al-Azhar Menganti Akan Tutup, Ketua DPRD Pastikan Semua Peserta Didik Tak Terlantar
Di samping itu, Kepala IGD RSUD Dr. Muhammad Soewandhie, dr Ariyanto Setyoaji mengatakan, pada awal datang tim medis sudah melakukan pertolongan pertama. Mulai dari pemberian cairan infus, oksigen, obat antibiotik, hingga pemeriksaan laboratorium. Selain itu, tim medis yang bertugas di IGD juga melakukan pembersihan luka pasien hingga monitoring ketat.
“Jadi waktu itu juga kami tempatkan di tempat yang paling mudah untuk kami melakukan observasi. Ketika pasien tersebut masuk kami tempatkan di tempat khusus karena mengancam jiwa,” kata dr Aryanto.
Pada saat pasien tersebut ditangani, tim medis di IGD juga sudah berkoordinasi dengan dua dokter spesialis, yakni spesialis penyakit dalam dan spesialis bedah. “Jadi sudah dirawat oleh dua dokter spesialis,” ujarnya.
Sumber: