Kali Kebonsari Jadi Sarang Nyamuk Akibat Gulma Liar
Tanaman liar (gulma) tumbuh subur di Kali Kebonsari, terutama yang berlokasi di depan tempat permakaman umum (TPU) RW 01 Kebonsari.-Oskario Udayana-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kali Kebonsari, khususnya di depan TPU RW 01, kembali menjadi sorotan. Kali yang seharusnya menjadi aliran air bersih kini berubah menjadi tempat tumbuh suburnya gulma liar. Tumbuhan liar yang menjalar memenuhi permukaan kali, menghambat aliran air, dan menjadi sarang bagi berbagai jenis serangga, terutama nyamuk.
BACA JUGA:DLH Surabaya Akan Bersihkan Gulma di Depan RSJ Menur
Kondisi ini semakin diperparah dengan menumpuknya sampah di antara gulma. Bau tak sedap pun tercium menyengat, mengganggu kenyamanan warga sekitar. Sriati, salah seorang warga Gang Makam, mengeluhkan kondisi kali yang kotor dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
"Sudah lama kali ini tidak dibersihkan. Gulmanya sudah setinggi orang dewasa. Selain itu, banyak sekali sampah yang menumpuk. Jadi tempat nyamuk bersarang. Apalagi sekarang musim hujan, kami khawatir akan muncul penyakit demam berdarah," ungkap Sriati dengan nada prihatin.
Terakhir kali, kali Kebonsari dibersihkan oleh petugas dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) sekitar dua bulan lalu. Namun, pembersihan yang dilakukan hanya sebatas memotong tanaman liar, bukan mencabutnya hingga ke akar. Akibatnya, gulma dengan cepat tumbuh kembali.
BACA JUGA:Sungai di Depan RSJ Menur Kumuh, Tumbuhi Tanaman Liar dan Penuh Sampah
Warga berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini. Pembersihan secara rutin dan menyeluruh perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Selain itu, perlu adanya upaya untuk mencegah agar gulma tidak tumbuh kembali dengan cepat.
Padahal, memasuki datangnya musim penghujan, Pemkot Surabaya telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya genangan. Langkah itu dilakukan salah satunya dengan mengoptimalkan rumah pompa hingga melakukan normalisasi dan pembersihan saluran.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi mengatakan bahwa ujung tombak penanganan genangan terletak pada optimalisasi rumah pompa yang tersebar di 76 lokasi di seluruh wilayah Kota Pahlawan.
Syamsul menjelaskan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan diperkirakan terjadi pada awal November 2024. Sementara untuk puncaknya terjadi pada Februari 2025.
Untuk menghadapi musim hujan, pihaknya telah menyiagakan rumah pompa di 76 lokasi se Surabaya. Dengan kapasitas 76 titik rumah pompa itu mencapai total 513 meter kubik per detik.
“Kami sudah melakukan perbaikan pada semua rumah pompa yang ada, dan kini total ada 315 pompa se Surabaya,” jelas dia.
Namun, Syamsul mengakui, kendala bisa muncul apabila ada sampah seperti tali tampar, kasur atau sofa yang masuk ke rumah pompa. Menurutnya, keberadaan sampah-sampah itu akan sangat mengganggu kinerja dari rumah pompa.
Sumber: